
AS Hampir Bebas Masker, Gimana Nasib Saham Produsen Masker?

Sejatinya, emiten yang terjun di bisnis masker di Indonesia juga pada mulanya bukan produsen masker.
Sejumlah emiten yang masuk ke bisnis pembuatan masker kain, termasuk alat pelindung diri (APD) lainnya seperti hazmat, merupakan emiten tekstil dan garmen.
Emiten-emiten yang dimaksud adalah PT Pan Brothers Tbk (PBRX), PT Trisula Textile Industries (BELL), PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).
Nah, melihat peluang peningkatan penggunaan masker untuk mencegah penyebaran virus Covid-19, emiten-emiten tersebut tergiur untuk mencari peruntungan dengan melakukan diversifikasi usaha.
Dalam pernyataan di keterbukaan BEI, pada 13 Juli 2021, manajemen Pan Brothers (PBRX), misalnya, menyatakan tekanan akibat pagebluk Covid-19 membuat perusahaan memutuskan untuk menambah lini bisnis dengan terjun dalam produksi dan ekspor APD, seperti hazmat dan gaun perlindungan medis, dan masker kain.
Kemudian, pada tahun lalu, dalam public expose, pada 27 Mei 2021, BELL juga menyatakan memiliki usaha penunjang perdagangan besar alat laboratorium, farmasi, dan kedokteran, yaitu memproduksi kain sebagai bahan untuk produk APD berupa masker dan baju hazmat serta mengedarkan secara komersial APD tersebut.
Demikian pula dengan SRIL alias Sritex yang ikut masuk ke lini bisnis baru dalam produksi pakaian APD dan masker kain. Hal tersebut terungkap dalam keterbukaan informasi pada 11 Mei 2021.
Asal tahu saja, saat ini emiten milik keluarga Lukminto sedang berusaha terbebas dari jerat pailit.
Sejauh penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, detail penjualan masker emiten-emiten tersebut sejauh ini tidak tertera, baik di laporan keuangan atau public expose di website BEI maupun perusahaan.
Namun, secara umum, kinerja keuangan emiten di atas cenderung masih tertekan.
PBRX, misalnya, mencatatkan penurunan laba bersih 1,19% secara tahunan (yoy) per akhir kuartal III 2021 menjadi US$ 19,02 juta. Pendapatan bersih PBRX juga turun 3,05% menjadi US$ 507,82 juta per 30 September 2021.
Demikian pula dengan kinerja saham perusahaan. Saham PBRX ambles 8,63% dalam sebulan ke Rp 127/unit, sedangkan secara ytd anjlok 17,53%.
Kemudian, saham BELL terjungkal 27,08% dalam sebulan belakangan dan 'terjun bebas' 52,05% secara ytd.
Selanjutnya, saham POLY merosot 9,28% dalam sebulan terakhir, tetapi masih naik 7,32% sejak awal tahun.
Adapun, saham SRIL masih disuspensi (penghentian sementara perdagangan).
Asal tahu saja, pada 18 Mei 2021, pihak BEI melakukan suspensi saham SRIL di seluruh pasar lantaran perusahaan menunda untuk membayarkan pokok dan bunga dari surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) Sritex tahap III tahun 2018 ke-6.
Suspensi tersebut diperpanjang oleh pihak bursa pada 1 November 2021 setelah perusahaan belum menyampaikan laporan keuangan per kuartal I 2021 hingga tanggal 29 Oktober 2021.
Kabar teranyar, pada Senin kemarin (14/3), Sritex baru saja merilis laporan keuangan per kuartal II 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/vap)[Gambas:Video CNBC]