Ada Produsen Masker Mau IPO, Memang Masih Menarik?

Tim Riset, CNBC Indonesia
22 July 2022 17:30
Calon penumpang mengantri check-in tiketin di Terminal 3 Bandara Soetta, Jakarta, Kamis, (28/4/2022). Empat hari jelang hari raya Idul Fitri, Bandara Soekarno Hatta dipadati pemudik sejak pagi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Calon penumpang mengantri check-in tiketin di Terminal 3 Bandara Soetta, Jakarta, Kamis, (28/4/2022). Empat hari jelang hari raya Idul Fitri, Bandara Soekarno Hatta dipadati pemudik sejak pagi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Masker mencapai popularitas tertinggi saat pandemi menghantam dua tahun lalu, bahkan kelangkaan yang terjadi ikut membuat harganya sempat melambung tinggi. Saat ini kala pandemi mulai dapat ditanggulangi, apakah bisnis masker masih cukup menarik untuk dijalankan?

Salah satu produsen masker asal Bandung PT Hetzer Medical Indonesia Tbk (MEDS) berencana untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) bulan depan.

Perusahaan didirikan tahun 2010 silam dan kini dikendalikan oleh Jemmy Kurniawan yang menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Farmasi BPK Bandung pada tahun 2000.

Hetzer berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 20% saham baru dengan pengumpulan dana maksimal Rp 54,68 miliar, apabila investor bergairah memesan di batas atas dari rentang Rp 125-175 yang ditawarkan pada periode book building.

Apabila semua berjalan lancar, Hetzer dapat memiliki kapitalisasi pasar Rp 273,4 miliar ketika awal melantai di bursa. Artinya kekayaan Jemmy dari perusahaan ini pasca IPO nyaris mencapai Rp 10 triliun dari kepemilikan sahamnya yang terdilusi menjadi 36%.

Pendapatan tergerus

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang terlampir di dalam prospektus, perusahaan diketahui mengalami penurunan pendapatan nyaris 50% secara tahunan (yoy) pada kuartal pertama tahun ini. Dalam tiga bulan awal 2022 Hetzer hanya mampu memperoleh pendapatan Rp 13,04 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 25,56 miliar.

Meski demikian perusahaan masih mampu mencatatkan laba bersih Rp 2,73 miliar, meskipun turun 83% dari periode yang sama tahun lalu yang laba bersihnya mencapai Rp 16,34 miliar. Selain itu margin laba bersih perusahaan juga tertekan dari semula mencapai 64% dari pendapatan pada kuartal pertama tahun lalu, kini tergerus menjadi hanya 21% saja.

Secara tahunan pendapatan perusahaan melonjak tinggi dimulai ketika awal tahun pandemi. Selama tahun 2020 perusahaan mencatatkan pertumbuhan pendapatan 630% menjadi Rp 87,79 miliar dari semula hanya Rp 12,02 miliar sepanjang tahun 2019 atau sedikit lebih kecil dari capaian kuartal pertama tahun ini.

Tahun 2021 meski gelombang Delta dan Omicron masih melanda, pendapatan Hetzer terkontraksi 14% menjadi Rp 75,79 miliar. Hal ini salah satunya karena meski masih digunakan secara luas, masker tidak lagi langka di pasar, dengan sejumlah perusahaan ikut mengambil kesempatan bisnis di sektor ini.

Kinerja keuangan perusahaan kian turun seiring semakin terkendalinya penanganan pandemi di dalam negeri, tercermin dari pendapatan kuartal pertama yang turun nyaris 50% secara tahunan.

Meski perusahaan sangat menguntungkan selama pandemi, dalam kondisi normal turunnya pendapatan ikut menekan rasio laba bersih perusahaan, yang pada akhirnya dapat menjadi masalah jika tidak terdapat pertumbuhan yang signifikan.

Perusahaan yang berbasis di Kota Cimahi, Jawa Barat ini, telah menunjuk PT Wanteg Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan mengungkapkan akan menggunakan dana hasil IPO secara eksklusif untuk keperluan produksi masker.

Secara rinci sekitar 8,56% untuk renovasi gudang, 4,44% untuk pengembangan, 11,11% untuk pembelian mesin produksi masker, 2,82% untuk pembelian peralatan penunjang produksi dan sekitar 73,07% sebagai modal kerja Perseroan untuk pembelian bahan baku.

Dana ini tentu sangat krusial untuk kelancaran operasi dan ekspansi bisnis perusahaan, akan tetapi sepinya permintaan dapat menjadi ancaman utama mengingat sebelumnya Presiden RI Joko Widodo sempat merelaksasi aturan pemakaian masker di luar ruangan.

Ancaman nyata selanjutnya adalah jika pemerintah yakin sudah dapat mengendalikan pandemi dan mencabut aturan pemakaian masker seperti yang sudah diterapkan beberapa negara, pendapatan perusahaan dapat terkontraksi lebih dalam lagi.

Sebaliknya apabila pandemi terbukti semakin parah dan panjang, bisnis perusahaan dapat tumbuh signifikan. Akan tetapi, satu catatan penting, saat ini bagi banyak masyarakat Indonesia masker sudah mulai terintegrasi dengan kehidupan sehari hari dan sudah menjadi konsumsi rutin.

Perusahaan memiliki aset Rp 51,31 miliar pada akhir kuartal pertama tahun ini, akan tetapi jumlah kas dan setara kas hanya Rp 557 juta.

Liabilitas tercatat Rp 16,11 miliar dengan ekuitas sebesar Rp 35,19 miliar. Menggunakan asumsi harga tertinggi penawaran, jika terserap semuanya PBV perusahaan ketika melantai di bursa adalah 3,04.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produsen Masker Hetzer IPO, Tawarkan Rp 125 - Rp 175/Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular