Lagi Lagi Batu Bara Bikin RI Untung Gede, Bisa Sampai Kapan?

Maesaroh, CNBC Indonesia
15 March 2022 17:40
Bongkar Muat Batu Bara
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Seperti yang sudah diduga, batu bara menjadi bintang dari peningkatan ekspor Februari. Pada bulan lalu, batu bara yang masuk dalam kelompok bahan bakar mineral menyumbang nilai ekspor sebesar US$ 2,99 miliar. Jumlah tersebut melonjak 141,5% dibandingkan yang tercatat di Januari (US$ 1,24 miliar).

"Negara tujuan ekspor utamanya adalah Tiongkok, India, dan Jepang," tutur Kepala BPS Margo Yuwono.

Secara akumulatif, batu bara menyumbang ekspor sebesar US$4,24 miliar atau 11,23% dari total ekspor non migas Indonesia di Januari-Februari.

Sebagai catatan, pemerintah sempat melarang produsen batu bara untuk mengirim batu bara di Januari demi memenuhi kebutuhan bahan bakar PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Pemerintah membuka kembali keran ekspor batu bara di bulabn Februari bagi perusahaan yang memenuhi syarat, termasuk kewajiban pasar domestik (DMO).

Jika merunut pada data BPS sejak Agustus tahun lalu, ekspor bahan bakar mineral pada Februari tahun ini memang tidak sebesar bulan-bulan pada kuartal III tahun lalu. Namun, angkanya sudah melewati pencapaian pada Agustus 2021 ( US$2,93 miliar).

Ekspor bahan bakar mineral melonjak sejak kuartal III tahun 2021 bahkan menyentuh angka US$ 4,13 miliar di November 2021.
"Surplus didorong oleh kenaikan harga komoditas serta moderatnya permintaan domestik. Kenaikan komoditas non migas akan menguntungkan karena menjadi motor pertumbuhan," tutur ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana, kepada CNBC Indonesia.

Dia menambahkan lonjakan harga komoditas membalikkan proyeksi awal bahwa ekspor akan moderat pada tahun ini.

Besarnya ekspor batu bara juga mendongkrak ekspor sektor pertambangan. Pada Februari, ekspor sektor pertambangan mencapai US$3,6 miliar, naik 65,82% secara bulanan (month to month/mtm) dan melonjak 84,61% secara tahunan (year on year/YoY).

Berbanding terbalik dengan batu bara, ekspor lemak dan minyak hewan/nabati yang didominasi crude palm oil (CPO) turun tipis 1,19% dibandingkan Januari 2022 dan 4,02% dibandingkan Februari 2021.


Pada Februari, ekspo lemak dan minyak hewan/nabati masih menyumbang ekspor sebesar US$ 2,418 miliar sementara di Januari sebesar US$ 2,425 miliar.
Ekspor lemak dan minyak hewan/nabati pada Februari tahun ini adalah yang terendah sejak Juni tahun lalu yang berada di angka US$ 1,89 miliar.

Sebagai catatan, mulai Februari, Kementerian Perdagangan memberlakukan kebijakan domestic price obligation (DPO) dan domestic market obligation (DMO). DMO bahkan dinaikkan menjadi 30% dari rencana semula 20%.

"Apakah turunnya (ekspor CPO) karena dampak DMO dan DPO kita belum tahu. Perlu kajian lebih lanjut," tutur Margo Yuwono.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular