Banyak yang Melesat, Tapi Cap Bank Mandiri Jalan di Tempat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
14 March 2022 13:15
Astra International
Foto: IST

Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu terpantau melemah tipis, seiring masih berlanjutnya gejolak antara Rusia dengan Ukraina.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada pekan lalu, IHSG melemah tipis 0,08% secara point-to-point. Pada perdagangan Jumat (11/3/2022) pekan lalu, IHSG juga ditutup turun tipis 0,02% ke level 6.922,6.

Pergerakan IHSG jauh lebih baik ketimbang bursa saham Asia lainnya. Indeks Shanghai Composite China sepanjang pekan lalu jeblok 4%, Kospi Korea Selatan turun nyaris 2%, kemudian bursa saham Malaysia juga merosot lebih dari 2,2%. Hanya indeks Straits Times Singapura yang mampu menguat 0,57%.

Aliran modal asing ke dalam negeri menjadi salah satu penopang pergerakan IHSG. Pada pekan sebelumnya, bursa kebanggaan Tanah Air ini bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level 6.996,935 dan investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 4,42 triliun.

Namun, aliran modal di pasar saham sifatnya sangat dinamis "datang tak dijemput pulang tak diantar". Sehingga risiko dana asing berbalik keluar tentunya juga tinggi yang bisa membuat IHSG tertekan.

Di pasar reguler pada pekan lalu, investor asing masih melakukan net buy sebesar Rp 1,3 triliun, tetapi di pasar nego dan tunai terjadi penjualan bersih (net sell) nyaris Rp 12 triliun.

Dengan demikian, sepanjang tahun ini total net buy di pasar reguler sebesar Rp 28,9 triliun di pasar reguler, sementara jika digabungkan dengan pasar nego dan tunai totalnya menjadi Rp 17,44 triliun.

Dari kapitalisasi pasarnya, BEI mencatat total 10 besar kapitalisasi pasar terbesar (big cap) per Jumat akhir pekan lalu kembali menurun sedikit menjadi Rp 3.510 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 3.514 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten11 Mar 22No.Emiten4 Mar 22No.Emiten25 Feb 22
1.BCA/BBCA9701.BCA/BBCA9641.BCA/BBCA982
2.Bank BRI/BBRI6602.Bank BRI/BBRI7012.Bank BRI/BBRI683
3.Telkom/TLKM4553.Telkom/TLKM4363.Telkom/TLKM430
4.Bank Mandiri/BMRI3534.Bank Mandiri/BMRI3534.Bank Mandiri/BMRI356
5.Astra/ASII2545.Astra/ASII2285.Astra/ASII235
6.Bank Jago/ARTO2146.Bank Jago/ARTO2166.Bank Jago/ARTO222
7.Chandra Asri/TPIA1917.Chandra Asri/TPIA1947.Chandra Asri/TPIA195
8.Bank BNI/BBNI1478.Bank BNI/BBNI1468.Bank BNI/BBNI148
9.Bayan/BYAN1349.Bayan/BYAN1399.Unilever/UNVR140
10.Emtek/EMTK13210.Emtek/EMTK13710.Emtek/EMTK127

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (11/3/2022)

Berdasarkan data di atas, pergerakan kapitalisasi pasar (market cap) saham big cap cenderung beragam, di mana empat saham mengalami kenaikan market cap, lima saham mengalami penurunan, dan satu saham stagnan.

Dari saham yang mengalami kenaikan market cap, saham PT Astra International Tbk (BBCA) menjadi yang paling besar kenaikannya pada akhir pekan lalu, yakni naik sebesar Rp 26 triliun menjadi Rp 254 triliun.

Sedangkan dari saham yang mengalami penurunan market cap, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi saham yang paling besar penurunan market cap-nya pada akhir pekan lalu, yakni turun sebesar Rp 41 triliun menjadi Rp 660 triliun.

Sedangkan market cap saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) masih sama seperti pekan sebelumnya, yakni sebesar Rp 353 triliun.

Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.

Perang Rusia dan Ukraina masih menjadi penekan bursa saham global pada pekan lalu. Pasukan Rusia yang dilaporkan semakin mendekati ibu kota Ukraina, Kyiv, membuat sentimen pelaku pasar memburuk sejak Kamis malam pekan lalu membuat bursa saham Eropa dan Amerika Serikat (AS) jeblok, bursa Asia pun menyusul keesokan harinya.

CNBC International pada pekan lalu melaporkan salah satu pejabat di Pentagon menyebut jika pasukan Rusia sudah berada sekitar 15 kilometer dari Kyiv. Pejabat tersebut juga yakin Rusia berencana mengepung Kyiv.

Selain itu, data dari Amerika Serikat (AS) menunjukkan inflasi bulan Februari melesat 7,9% secara tahunan (year-on-year/yoy) menyentuh level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir.

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, bahkan memperkirakan warga AS akan merasakan inflasi sangat tinggi dan membuat tidak nyaman.

"Saya pikir banyak ketidakpastian yang terkait dengan perang Rusia dengan Ukraina. Dan saya pikir itu akan mempertajam inflasi. Saya tidak mau membuat prediksi apa yang akan terjadi di semester II tahun ini. Kita kemungkinan akan melihat inflasi yang sangat tinggi dan tidak membuat nyaman," kata Yellen sebagaimana diwartakan CNBC International, Kamis (11/3/2022).

Tingginya inflasi memang sudah diperkirakan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), tetapi jika berlangsung lama tentunya akan menjadi masalah, dan The Fed bisa bertindak sangat agresif dalam menaikkan suku bunga.

Kemungkinan tersebut diungkapkan langsung oleh ketua The Fed, Jerome Powell.

"Kami akan berhati-hati saat mempelajari implikasi perang di Ukraina terhadap perekonomian. Kamu memiliki ekspektasi inflasi akan mencapai puncaknya kemudian turun di tahun ini. Jika inflasi malah semakin tinggi atau lebih persisten, kami akan bersiap untuk menaikkan suku bunga lebih agresif dengan menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin pada satu atau beberapa pertemuan," kata Powell.

Jika inflasi terus meninggi tentunya The Fed bisa semakin agresif dalam menaikkan suku bunga, yang biasanya berdampak negatif ke pasar saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular