
Banyak yang Melesat, Tapi Cap Bank Mandiri Jalan di Tempat

Perang Rusia dan Ukraina masih menjadi penekan bursa saham global pada pekan lalu. Pasukan Rusia yang dilaporkan semakin mendekati ibu kota Ukraina, Kyiv, membuat sentimen pelaku pasar memburuk sejak Kamis malam pekan lalu membuat bursa saham Eropa dan Amerika Serikat (AS) jeblok, bursa Asia pun menyusul keesokan harinya.
CNBC International pada pekan lalu melaporkan salah satu pejabat di Pentagon menyebut jika pasukan Rusia sudah berada sekitar 15 kilometer dari Kyiv. Pejabat tersebut juga yakin Rusia berencana mengepung Kyiv.
Selain itu, data dari Amerika Serikat (AS) menunjukkan inflasi bulan Februari melesat 7,9% secara tahunan (year-on-year/yoy) menyentuh level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, bahkan memperkirakan warga AS akan merasakan inflasi sangat tinggi dan membuat tidak nyaman.
"Saya pikir banyak ketidakpastian yang terkait dengan perang Rusia dengan Ukraina. Dan saya pikir itu akan mempertajam inflasi. Saya tidak mau membuat prediksi apa yang akan terjadi di semester II tahun ini. Kita kemungkinan akan melihat inflasi yang sangat tinggi dan tidak membuat nyaman," kata Yellen sebagaimana diwartakan CNBC International, Kamis (11/3/2022).
Tingginya inflasi memang sudah diperkirakan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), tetapi jika berlangsung lama tentunya akan menjadi masalah, dan The Fed bisa bertindak sangat agresif dalam menaikkan suku bunga.
Kemungkinan tersebut diungkapkan langsung oleh ketua The Fed, Jerome Powell.
"Kami akan berhati-hati saat mempelajari implikasi perang di Ukraina terhadap perekonomian. Kamu memiliki ekspektasi inflasi akan mencapai puncaknya kemudian turun di tahun ini. Jika inflasi malah semakin tinggi atau lebih persisten, kami akan bersiap untuk menaikkan suku bunga lebih agresif dengan menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin pada satu atau beberapa pertemuan," kata Powell.
Jika inflasi terus meninggi tentunya The Fed bisa semakin agresif dalam menaikkan suku bunga, yang biasanya berdampak negatif ke pasar saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)