
Kisruh Makin Sengit di Eropa Timur, Rupiah Malah Perkasa!

Jakarta, CNBC Indonesia- Kinerja rupiah di hadapan negara-negara Eropa pada perdagangan hari ini, Rabu (9/3) kembali perkasa. Mata uang Tanah Air terapreasiasi di hadapan euro, poundsterling, dan dolar franc swiss. Kisruh di Eropa Timur masih menekan ekonomi di negara-negara Eropa, sehingga rupiah berhasil menguat hari ini.
Melansir Refinitiv, euro melemah tipis terhadap rupiah sebanyak 0,01% di Rp 15.687,14 dan poundsterling terkoreksi terhadap rupiah 0,05% di Rp 18.852,18. Hal yang serupa terjadi dolar franc swiss terdepreasiasi terhadap rupiah sebesar 0,09%.
Sebagai informasi, rupiah juga berhasil menekan dolar AS sebanyak 0,1% pada pukul 11:00 WIB.
Fundamentalnya, situasi di Eropa Timur kian memburuk, dilaporkan bahwa Rusia telah mengumumkan gencatan senjata dengan Ukraina pada Selasa (8/3) waktu setempat atau hari ini pukul 06:30 WIB. Gencatan senjata akan dimulai pada Rabu pukul 10 pagi waktu setempat.
Tidak hanya itu, Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah mengumumkan akan menghentikan pasokan minyak dari Rusia. Brussel juga mengumumkan rencana untuk memangkas gas Rusia lebih dari dua pertiga selama 9 bulan ke depan. Padahal, tahun 2021, Rusia berkontribusi memasok gas alami di Eropa sebanyak 38%.
Melansir BBC News, Analis Investec Nathan Piper mengatakan keputusan penyetopan gas Rusia akan memukul Inggris. Pasalnya harga gas alami dunia telah melonjak melebihi £3.000 per tahun untuk rata-rata konsumsi rumah tangga ketika ditinjau pada bulan Oktober lalu. Piper juga memprediksikan kenaikan minyak dan gas akan bertahan selama beberapa tahun ke depan dan kemungkinan menyebabkan kemiskinan bahan bakar yang ekstrem, di mana pemerintah menghadapi tekanan besar untuk menawarkan lebih banyak insentif.
"Kita tidak bisa hanya menyetop produsen gas terbesar kedua dan produsen minyak terbesar ketiga dari pasokan global dan tidak mengharapkan adanya dampak besar pada konsumen," tuturnya.
Hal ini juga diwanti-wanti oleh Centre for Business and Economic Research (CEBR) bahwa kombinasi sanksi ekonomi dan melonjaknya harga komoditas dunia akan berdampak terhadap ekonomi Inggris. Diproyeksikan PDB Inggris akan turun ke 1,9% dari proyeksi sebelumnya di 4,2%. CEBR juga memprediksikan angka inflasi Inggris akan menyentuh 8,7% pada kuartal kedua tahun ini, di mana rata-rata biaya hidup di Inggris akan mencapai nilai £2,663 per rumah tangga.
Wilayah Eropa juga bergantung pada energi Rusia sehingga sanksi ekonomi tidak sampai pada larangan. Komisi Eropa mengatakan pada The Straits News bahwa mereka akan beralih ke pasokan alternatif dan memperluas green energy dengan tujuan membuat Eropa mandiri dari bahan bakal fosil Rusia sebelum tahun 2030.
Namun, kisruh yang terjadi di Eropa Timur masih menekan ekonomi negara-negara Eropa, dimana harga gas dunia di Kawasan AS, Inggris dan wilayah Eropa melonjak tajam.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joss! Rupiah Berjaya Dua Hari Beruntun di Eropa