Nikel Terbang, Pemilik Smelter RI Asal China Rugi Rp 115 T

Feri Sandria, CNBC Indonesia
09 March 2022 12:20
foto/ Indonesia Morowali Industrial Park/ Dok. Indonesia Morowali Industrial Park
Foto: foto/ Indonesia Morowali Industrial Park/ Dok. Indonesia Morowali Industrial Park

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa nikel China Tsingshan Holding Group dikabarkan menghadapi kerugian perdagangan miliaran dolar, setelah perang Rusia di Ukraina memicu kenaikan harga nikel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Nikel menjadi logam utama yang digunakan dalam baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik.

Kerugian di atas kertas (unrealized gain) mencapai US$ 8 miliar atau setara dengan Rp 115 triliun (kurs Rp 14.350/US$) pada hari Senin, sebelum pergerakan harga nikel secara gila-gilaan memaksa London Metal Exchange untuk menangguhkan perdagangan logam pada hari Selasa, kata salah satu orang yang mengetahui permasalahan tersebut, dilansir The Wall Street Journal.

Selasa malam, bursa logam terbesar dunia mengatakan pihak mereka mengantisipasi bahwa perdagangan kemungkinan tidak akan dilanjutkan sebelum Jumat.

Pendiri Tsingshan, Xiang Guangda, mengatakan kepada outlet media China bahwa "ada beberapa gerakan oleh orang asing," dan sedang dalam negosiasi aktif dengan pihak-pihak terkait, tanpa merinci siapa mereka dan apa yang sedang dinegosiasikan.

Xiang juga dikutip media mengatakan bahwa "departemen dan pemimpin pemerintah yang relevan semuanya sangat mendukung Tsingshan. Tsingshan adalah perusahaan China yang solid dan posisi serta operasi kami tidak memiliki masalah," menurut laporan di Yicai, outlet berita keuangan lokal China.

Beberapa bank kreditur Tsingshan di China menjadi khawatir tentang dampak kerugian perdagangan perusahaan pada neracanya, menurut orang-orang yang akrab dengan perusahaan tersebut. Mereka diyakinkan oleh perusahaan pada hari Selasa bahwa posisi keuangannya sehat dan bahkan dapat mengatasi "kerugian ekstrim" dari kontrak berjangka, menurut salah satu orang.

Tsingshan yang dimiliki oleh swasta dan secara harfiah yang berarti "gunung hijau", berbasis di kota Wenzhou di China dan memiliki pabrik produksi nikel (smelter) di Indonesia, India, dan Zimbabwe. Didirikan pada tahun 1988, perusahaan tersebut mengguncang pasar nikel dalam beberapa tahun terakhir setelah membanjiri pasar dengan produksi bahan murah yang dikenal sebagai nikel-pig iron (NPI), yang ikut membebani harga global.

Di Indonesia sendiri Tsingshan merupakan pemilik Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) melalui Shanghai Decent Investment (Group) Co Ltd yang menguasai 49,69%. Di kawasan tersebut anak usahanya memproduksi NPI yang selanjutnya dioper ke perusahaan dalam kawasan industri sama untuk memproduksi baja nirkarat (stainless steel).

Harga minyak, gas alam, gandum, dan logam industri telah mengalami pergerakan yang kacau sejak Rusia menginvasi Ukraina bulan lalu, sebuah tanda konsekuensi ekonomi tak terduga dari invasi Rusia dan sanksi hukuman yang dijatuhkan sebagai tanggapan. Rusia adalah pemasok utama nikel, yang pasokan sudah ketat karena permintaan yang kuat sebagai bahan baterai lithium-ion yang menggerakkan kendaraan listrik.

Kenaikan harga nikel, yang dimulai dengan invasi, merugikan banyak perusahaan, termasuk Tsingshan, yang telah menjual kontrak nikel untuk mengunci harga produk logam mereka. Perusahaan-perusahaan itu, bank dan pialang terkait berjuang untuk memenuhi margin call, menurut pengakuan para pedagang. Mereka bergegas menutup posisi yang merugi dengan membeli kembali kontrak nikel.

Hampir tidak ada orang yang akan menjual kepada mereka, kata para pedagang, sehingga menyebabkan kenaikan harga signifikan. Puncaknya tiba Selasa pagi, ketika harga nikel di London Metal Exchange mencapai rekor tertinggi lebih dari US$ 100.000 per metrik ton.

Bursa mengatakan perdagangan dapat ditutup selama beberapa hari, memberikan waktu kepada pelaku pasar untuk memperoleh uang tunai demi membayar persyaratan margin. Perdagangan nikel yang dilakukan pada Selasa sebelum ditangguhkan akan dibatalkan. LME mengatakan akan menjabarkan langkah-langkah lebih lanjut untuk memastikan pasar bertindak dengan tertib ketika dibuka kembali.


(fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Terganggu, Nikel Tembus Harga Tertinggi 2 Minggu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular