Kisruh Harga Nikel, Smelter RI Punya Tsingshan Bakal Disita?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
14 March 2022 15:25
foto/ Indonesia Morowali Industrial Park/ Dok. Indonesia Morowali Industrial Park
Foto: foto/ Indonesia Morowali Industrial Park/ Dok. Indonesia Morowali Industrial Park

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa bank raksasa dunia selama akhir pekan lalu bekerja keras mencari solusi untuk menyelesaikan krisis di pasar nikel yang membuat mereka terjerat utang miliaran dolar karena aksi oleh raksasa logam China.

JPMorgan Chase, Standard Chartered dan BNP Paribas termasuk di antara bank dan pialang yang ingin mencapai kesepakatan dengan Tsingshan Holding Group, berdasarkan laporan beberapa sumber yang dilansir The Wall Street Journal (WSJ).

Perdagangan yang dilakukan oleh produsen baja dan nikel China di London Metal Exchange berkontribusi pada kenaikan harga yang tidak terkendali yang menyebabkan bursa metal dunia itu menghentikan perdagangan dan membatalkan transaksi selama delapan jam pada Selasa pekan lalu.

Nikel merupakan salah satu logam utama roda penggerak ekonomi dunia karena penggunaannya dalam baja tahan karat, baterai kendaraan listrik hingga perkakas rumah tangga. Hingga saat ini perdagangannya masih dihentikan dan belum ada pengumuman resmi kapan akan dilanjutkan.

Kekacauan pada perdagangan di LME merembes ke dalam sistem keuangan, meninggalkan bank dan pialang Tsingshan dengan margin yang belum dibayar sebanyak beberapa miliar dolar.

Pembicaraan antara kreditur Tsingshan, yang dipimpin oleh JPMorgan, telah difokuskan pada perluasan jalur kredit sehingga perusahaan China tersebut dapat membayar utang mereka, ungkap beberapa orang yang akrab dengan diskusi tersebut.

Sumber tersebut juga menyebut salah satu rencana yang sedang dibahas untuk mengamankan utang tersebut adalah melalui aset nikel dan baja Tsingshan di China dan Indonesia.

Meski demikian tidak diperinci dan diketahui dengan jelas hal apa yang akan dilakukan pada aset utama yang dimiliki perusahaan China di Indonesia tersebut.

Tsingshan yang dimiliki oleh swasta secara harfiah memiliki arti "gunung hijau", berbasis di kota Wenzhou di China dan memiliki pabrik produksi nikel (smelter) di Indonesia, India, dan Zimbabwe.

Didirikan pada tahun 1988, perusahaan tersebut mengguncang pasar nikel dalam beberapa tahun terakhir setelah membanjiri pasar dengan produksi bahan murah yang dikenal sebagai nikel-pig iron (NPI).

Di Indonesia sendiri Tsingshan merupakan pemilik Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) melalui Shanghai Decent Investment (Group) Co Ltd yang menguasai 49,69%.

Di kawasan tersebut anak usahanya memproduksi NPI yang selanjutnya dioper ke perusahaan dalam kawasan industri sama untuk memproduksi baja nirkarat (stainless steel).

Belt and Road Initiative (BRI) China yang merupakan strategi infrastruktur unggulan Presiden Xi Jinping mampu memberikan dorongan besar atas pertumbuhan Tsingshan.

Pada tahun 2013, Presiden Xi dan Presiden Indonesia saat itu Susilo Bambang Yudhoyono menyepakati perjanjian kerja sama di bidang infrastruktur, termasuk masuknya investasi perusahaan nikel China tersebut ke Indonesia.


(fsd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Listrik Bikin Harga Nikel Melejit, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular