Review

Batu Bara 'To The Moon', Bikin 7 Taipan Ini Makin Tajir!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
04 March 2022 16:30
Peter F Gontha memberi piagam kepada Theodore Permadi Rachmat atau yang lebih dikenal dengan TP Rachmat saat meraih pemenang CNBC Indonesia Awards Lifetime Achievement. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

2. TP Rachmat (Adaro, Padang Karunia Group)

Seperti sedikit disinggung di atas, Theodore Permadi (TP) Rachmat adalah salah satu pendiri ADRO.

Pria yang kerap disapa Teddy ini mendirikan Grup Triputra pada 1998. Grup tersebut sekarang memiliki empat lini bisnis, termasuk agribisnis, manufaktur, dan pertambangan.

Emiten yang masuk ke dalam Grup Triputra pun beragam, mulai dari emiten CPO PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) sampai induk kurir Anteraja PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA).

TP Rachmat memiliki saham minoritas (2,54%) di ADRO, di mana dia menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris.

Melansir Forbes, pria 78 tahun ini memulai karir di grup otomotif PT Astra International Tbk (ASII), yang didirikan oleh pamannya William Soeryadjaya, pada 1968.

Putranya, Ariano Rachmat, saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur Adaro.

Selain di Adaro, TP Rachmat juga memiliki bisnis tambang yang ia dirikan bersama Boy Thohir (Tri Nugraha Thohir Group/TNT Group), Padang Karunia Group, sebuah perusahaan yang berdiri sejak 20 tahun silam.

Pada 2021, TP Rachmat berada di posisi 15 orang terkaya di RI dengan pundi-pundi kekayaan US$ 2,84 miliar atau setara dengan Rp 40,89 triliun (asumsi kurs Rp 14.400/US$).

Secara real time, kekayaan pemegang gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut bertambah US$ 121 juta secara harian menjadi US$ 3,3 miliar.

3. Low Tuck Kwong (Bayan Resources)

Dato' Dr. Low Tuck Kwong, dilahirkan di Singapura 17 April 1948 dan berganti kewarganegaraan menjadi WNI pada 1992 memperoleh pundi-pundi dari kepemilikan saham di PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Titik balik sukses terjadi pada tahun 1997 ketika ia mengakuisisi tambang batu bara pertamanya yaitu PT. Gunung bayan Pratamacoal.

Sebagai informasi, BYAN merupakan emiten dengan kapitalisasi terbesar yang fokus utama bisnis pertambangan batubara. Tercatat kapitalisasi pasar mencapai Rp 139,50 triliun, lebih besar dari Grup Adaro (Rp 92,76 triliun).

Raihan kapitalisasi pasar tersebut tak lepas dari lonjakan harga saham BYAN sebesar 55,00% secara ytd ke harga Rp 41.850/unit.

Asal tahu saja, per 31 Jan 2022, Low Tuck Kwong menguasai 55,22% saham BYAN.

Berdasarkan data real time billionaire yang dirilis Forbes, per Jumat (4/3), pukul 12.39 WIB, Low Tuck Kwong menduduki peringkat ke-18 orang paling tajir di RI pada akhir 2021.

Secara real time, nilai kekayaannya naik US$ 238 juta menjadi US$ 3,8 miliar atau setara dengan Rp 54,72 triliun.

Nilai tersebut juga lebih besar dari catatan akhir 2021. Per 13 Desember 2021, kekayaan Low Tuck Kwong mencapai US$ 2,55 miliar.

4. Peter Sondakh (Golden Eagle Energy)

Peter Sondakh menduduki peringkat 20 orang terkaya di Indonesia. Pada akhir 2021, kekayaan Peter mencapai US$ 2,1 miliar atau Rp 30,96 triliun. Secara real time, pundi kekayaan pria 72 tahun ini bertambah US$ 83 juta menjadi US$ 2,2 miliar.

Menurut Forbes, Peter Sondakh adalah pendiri Rajawali Corpora, sebuah perusahaan investasi yang didirikan pada tahun 1984 yang portofolionya mencakup hotel, media, dan pertambangan.

Aset lainnya termasuk penyedia layanan internet Velo Networks dan jaringan TV Rajawali Televisi.

Di pertambangan batu bara, Grup Rajawali memiliki PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT). Saham SMMT sudah meroket 197,03% sejak awal tahun.

Selain di SMMT, Peter Sondakh juga menguasai emiten tambang emas PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) dan emiten CPO PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT).

(adf/adf)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular