Gilak! Harga Batu Bara Rekor & Meroket ke US$ 446/Ton

Market - Aldo Fernando, CNBC Indonesia
03 March 2022 08:06
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo) Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melonjak ke angkasa dan kembali menembus level tertinggi sepanjang masa. Pasar khawatir adanya gangguan pasokan dari Rusia seiring memanasnya konflik di Ukraina.

Menurut data Refinitiv, pada Rabu kemarin (3/2/2022), harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup melambung tinggi 46,01% ke level US$ 446/ton. Ini menjadi rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.

Dengan ini, sejak awal tahun (ytd), harga si batu hitam sudah meroket to the moon 193,90%. Adapun dalam setahun terakhir, harga batu bara sudah mengangkasa 425,32%.

Prospek peningkatan permintaan tampaknya menjadi penopang kenaikan harga batu bara saat ini. Konflik Rusia-Ukraina yang terus memanas menyebabkan pasokan gas alam di Eropa terancam.

Asal tahu saja, Negeri Beruang Merah adalah pemasok sekitar 35% kebutuhan gas di Benua Biru. Perang, plus berbagai sanksi bagi Rusia, akan membuat pasokan itu terancam seret.

Karenanya, batu bara akan kembali dilirik sebagai sumber energi primer pengganti gas alam. Jerman sendiri sudah membuka wacana soal ini.

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap gas alam dari Rusia, pemerintah Jerman berencana memperpanjang 'masa bakti' pembangkit listrik bertenaga batu bara. Sebelumnya, Negeri Panser punya rencana untuk mempensiunkan pembangkit listrik batu bara pada 2030.

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap gas alam dari Rusia, pemerintah Jerman berencana memperpanjang 'masa bakti' pembangkit listrik bertenaga batu bara. Sebelumnya, Negeri Panser punya rencana untuk mempensiunkan pembangkit listrik batu bara pada 2030.

"Perkembangan dalam beberapa hari terakhir menunjukkan kepada kita semua bahwa kebijakan energi bukan hanya soal ekonomi dan lingkungan. Melainkan juga keamanan. Kita harus mengubah ketergantungan kita terhadap impor energi dari satu negara," tegas Olaf Scholz, Kanselir Jerman, seperti dikutip dari Reuters.

Robert Hebeck, Menteri Ekonomi Jerman, menyatakan pemerintah mempertimbangkan untuk memperpanjang penggunaan pembangkit listrik bertenaga batu bara lebih lama dari target pensiun pada 2030. "Diskusi dan deliberasi bukanlah hal yang tabu. Tujuan Jerman adalah memilih negara yang akan memasok sumber energi," sebut Hebeck, juga diwartakan Reuters.

Dari perspektif produsen, Chief executive Yancoal David Moult mengatakan, pelanggannya di kawasan Asia berebut untuk menemukan pasokan alternatif untuk menggantikan batu bara Rusia. Dia memperkirakan konflik militer di Ukraina akan memperpanjang periode reli harga batubara.

"Saya memperkirakan harga energi akan terus naik dengan konflik semacam itu [Rusia-Ukraina] berlangsung, efek sampingnya bagi kami adalah fakta bahwa ada negara-negara yang biasanya membeli batu bara Rusia yang tidak akan membeli batu bara Rusia saat ini," katanya, dikutip AFR.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Yang Lain Minggir! Batu Bara Terbang Tinggi Menuju Rekor


(adf/adf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading