Imbas Perang Rusia-Ukraina, Jerman Tunda Setop Batu Bara

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
02 March 2022 20:47
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jerman akan mempertimbangkan keluar lebih lambat dari penggunaan batu bara jika Rusia menghentikan pengiriman gas ke Eropa sebagai tanggapan atas sanksi akibat serangan Rusia ke Ukraina.

Hal tersebut disampaikan Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck pada hari Rabu (02/03/2022), dikutip dari Reuters.

Pernyataan yang disiarkan di radio publik Deutschlandfunk tersebut menunjukkan tanda lain bagaimana krisis di Ukraina telah menjungkirbalikkan rencana transisi Jerman menuju netralitas karbon, memaksa pemerintah untuk mempertimbangkan kembali rencana keluar dari nuklir dan batu bara.

"Dalam jangka pendek mungkin, sebagai tindakan pencegahan dan untuk bersiap menghadapi yang terburuk, kita harus menjaga pembangkit listrik tenaga batu bara dalam keadaan siaga dan bahkan mungkin membiarkannya beroperasi," kata Habeck.

"Pragmatisme harus mengalahkan setiap komitmen politik," tambahnya, merespons terhadap ketakutan akan pemadaman dan penjatahan gas untuk pemanasan.

"Keamanan pasokan harus dijaga," imbuhnya.

Menanggapi serangan Rusia ke Ukraina, Jerman telah menghentikan sertifikasi pipa gas Nord Stream 2 untuk membawa gas Rusia ke Jerman. Jerman juga telah mengumumkan rencana untuk mengoptimalkan terminal LNG dan cadangan gas dan batu bara nasional jika terjadi kelangkaan impor gas.

RWE, produsen listrik terbesar di Jerman, mengatakan pihaknya terbuka terhadap gagasan untuk mengandalkan pembangkit listrik tenaga batu bara yang saat ini dalam kondisi siaga, menghidupkan kembali pembangkit berbasis batu bara atau bahkan menunda penutupan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang direncanakan untuk tahun ini.

Pemerintah telah merencanakan untuk menutup pembangkit listrik tenaga nuklirnya pada akhir tahun 2022 dan secara bertahap menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2030, tetapi krisis Ukraina telah memaksanya untuk mempertimbangkan untuk mempertahankan nuklir dan memperpanjang umur pembangkit listrik tenaga batu bara.

Batu bara menyumbang 27% dari produksi listrik tahun lalu sementara 15% berasal dari gas.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dear RI! Sebelum 'Bunuh' Batu Bara, Ingat Dulu Jasa-jasanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular