Panas! Rusia & China Mulai Rasakan 'Radiasi' Bom SWIFT

Thea Arbar, CNBC Indonesia
03 March 2022 09:50
Infografis: Apa Itu SWIFT? 'Nuklir Keuangan' yang Bisa Acak-Acak Rusia!
Foto: Infografis/Apa Itu SWIFT? 'Nuklir Keuangan' yang Bisa Acak-Acak Rusia!/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Uni Eropa (UE) akhirnya memutuskan mengeluarkan tujuh bank Rusia dari jaringan SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication) global, Rabu (2/3/2022). Ini menambah sanksi berat ke Rusia yang menyerang Ukraina dan meningkatkan tensi politik global.

Melansir AFP, tujuh bank yang jaringannya terputus dari SWIFT adalah pemberi pinjaman terbesar kedua di Rusia VTB Bank serta Bank Otkritie, Novikombank, Promsvyazbank, Rossiya Bank, Sovcombank dan VEB (Vnesheconombank).

Namun daftar itu tidak menyebutkan dua bank besar Rusia, Sberbank dan Gazprombank, yang hingga kini masih dibiarkan terhubung ke SWIFT untuk memungkinkan negara-negara UE membayar pengiriman gas dan minyak Rusia.

Selain memberikan sanksi kepada bank-bank Rusia, di hari yang sama UE juga melarang siaran media pemerintah Rusia, RT dan Sputnik. Ini dilakukan sebagai bagian dari paket sanksi atas serangan Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.

"Hari ini, kami mengambil langkah penting melawan operasi manipulasi Putin dan mematikan keran media yang dikendalikan negara Rusia di UE," kata kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borrell dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya UE melarang ekspor teknologi pengilangan untuk sektor minyak dan melarang penjualan, ekspor, atau pasokan semua pesawat, bagian pesawat dan peralatan pesawat ke Rusia.

Terbaru UE menutup wilayah udaranya bagi pesawat Rusia termasuk jet pribadi crazy rich negara itu. Sekutu Moskow, Belarusia, juga diberikan sanksi. UE juga mengumumkan akan mendanai senjata Ukraina melawan Rusia.

Selain UE, negara-negara yang sudah memberikan sanksi kepada Rusia adalah Inggris, Jerman, Amerika Serikat (AS), Kanada, Jepang, Singapura, Korea Selatan (Korsel), Taiwan, Australia, hingga Selandia Baru.

Dampak dari keluarnya Rusia dari SWIFT, membuat para pedagang batu bara China mengalami kesulitan untuk mengimpor batu bara dari Rusia karena sanksi SWIFT menghambat mereka mendapatkan pembiayaan untuk membeli batu bara.

Amerika Serikat dan sekutunya pada hari Sabtu memutuskan untuk memblokir akses bank-bank Rusia tertentu ke sistem pembayaran internasional SWIFT, yang memfasilitasi sebagian besar arus keuangan internasional.

Perbankan China menjadi lebih awas dalam memberikan pembiayaan setelah bank-bank Rusia tertentu dikeluarkan dari sistem perbankan SWIFT. Hal ini sebagai indikasi awal gangguan pasokan dari batu bara terbesar ketiga di dunia tersebut.

"Sebagian besar bank telah berhenti mengeluarkan letter of credit setelah sanksi SWIFT. Karena hampir semua kontrak berdenominasi dolar, kami tidak memiliki cara lain untuk melakukan pembayaran," kata pedagang yang berbasis di China sebagai importir batubara Rusia.

Ekspor energi Rusia dalam jumlah besar memang tidak secara langsung menjadi sasaran sanksi. Namun, hukuman lain seperti larangan SWIFT membuat semakin banyak pedagang komoditas energi seperti batu bara enggan berurusan dengan Rusia. Terlebih lagi bank menolak untuk menerbitkan letter of credit dalam dolar Amerika Serikat (AS).

China adalah pembeli batu bara terbesar Rusia dengan mengimpor lebih dari 50 juta ton batu bara senilai US$7,4 miliar tahun lalu. Sementara Rusia berkontribusi sekitar 15% dari total impor China dan merupakan pemasok terbesar kedua di belakang Indonesia.


Harga Batu Bara
China mungkin bisa mempertimbangkan membeli batu bara dari negara lain untuk menutupi kekurangan dari Rusia. Akan tetapi, harga batu bara di sejumlah negara eksportir batu bara teralh melonjak seirama dengan acuan batu bara dunia.

Patokan batubara Newcastle (Australia)baru saja mencatat rekor harga di US$305/ton pada hari ini karena invasi Rusia ke Ukraina yang terus berlangsung. Dalam sebulan terakhir, harga komoditas ini 'terbang' 58,68% secarapoint-to-point.

Langkah lainnya, para pedagang dan eksportir Rusia pun sedang berdialog mengenai pembayaran dengan mata uang China untuk pertama kalinya.

"Kami sedang menunggu tanggapan mereka, tetapi perdagangan telah ditunda untuk saat ini," kata pedagang kedua, yang mengimpor batubara Rusia secara teratur melalui jalur kereta api ke timur laut China.

Sementara beberapa pembeli pada akhirnya dapat menggunakan sistem kliring dan penyelesaian China, yang dikenal sebagai CIPS.

Pembelian batu bara dari luar negeri oleh China telah diredam sejak pekan lalu setelah Beijing memangkas batas harga domestik yang membuat harga impor batubara menjadi lebih mahal.

Banyaknya persediaan batubara domestik dan musim dingin yang mulai berakhir yang akan di China dapat menghentikan sementara impor untuk saat ini.

Walaupun begitu, kesenjangan pasokan dari Rusia yang berkepanjangan menjadi perhatian karena Beijing tetap memberlakukan larangan impor batubara dari Australia. Sementara pemasok utama Indonesia tahun ini melakukan pembatasan untuk ekspor baru.

Naiknya biaya pengiriman merupakan kekhawatiran lain. Biaya pengiriman dari Indonesia dan Afrika Selatan sudah jauh lebih tinggi dibandingkan dari Rusia yang mengirim secara teratur melalui kereta api ke timur laut China.

Sebagai perbandingan, biaya kirim dari Rusia ke China sebesar US$ 3,74/ton. Sementara biaya kirim dari Indonesia mencapai US$ 5,17/ton. Pengiriman dari Afrika Selatan menjadi paling mahal, yaitu sebesar US$ 18,22/ton

"Harga batubara global tidak mungkin turun dalam waktu dekat sebagian karena tarif pengangkutan yang tinggi," kata seorang pedagang yang berbasis di Singapura.

"Krisis Ukraina menambah tekanan ke atas untuk tarif angkutan yang sudah tinggi karena kemacetan rantai pasokan dan pemulihan ekonomi," tambahnya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular