Harga Emas-CPO-Batu Bara Melesat, Orang-orang Ini Makin Tajir

Feri Sandria, CNBC Indonesia
02 March 2022 15:15
Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)

Keluarga Widjaja

Grup Sinarmas, konglomerasi yang didirikan oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja ini memiliki unit usaha agribisnis di bawah naungan Sinar Mas Agro Resources and Tech Tbk (SMAR). SMAR adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia.

Berkat harga CPO yang terus membaik, SMAR mampu mencatatkan perbaikan kinerja laba dengan kenaikan fantastis. Laba bersih SMAR tercatat naik 9.920% dari semula hanya sebesar Rp 10,77 miliar pada Juni 2020, meroket mencapai Rp 1,00 triliun pada tengah tahun lalu.

Grup Sinarmas juga memiliki usaha tambang batubara yang berlokasi di Berau Kalimantan Timur yang bisnisnya dijalankan oleh PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS).

Anthoni Salim

Konglomerasi Grup Salim juga memiliki gurita bisnis di berbagai sektor termasuk perkebunan. Duo emiten kelompok usaha agribisnis milik Group Salim PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).

Ivomas bergerak di sektor hilir industri sawit dengan melakukan proses peningkatan nilai tambah produk agribisnis dan pemasaran produk minyak goreng. Sementara emiten satunya lagi bergerak di industri perkebunan kelapa sawit dan karet.

Bachtiar Karim

Ia dikenal lewat sepak terjangnya di Musim Mas Group, konglomerasi yang bergerak di lini bisnis utama minyak sawit atau CPO.

Tahun lalu Bachtiar Karim masuk dalam jajaran 10 orang terkaya di Indonesia versi publikasi Forbes.

Musim Mas Group merupakan salah satu perusahaan minyak sawit terintegrasi terbesar di dunia dengan operasi yang mencakup seluruh rantai nilai di wilayah Amerika, Eropa, dan Asia.

Bermula dari pabrik sabun Nam Cheong yang dimulai di Medan, kini Musim Mas memiliki operasi di 13 negara dengan produk turunan digunakan secara luas di berbagai industri.

Low Tuck Kwong

Dato' Dr. Low Tuck Kwong, dilahirkan di Singapura 17 April 1948 dan berganti kewarganegaraan menjadi WNI pada 1992 memperoleh pundi-pundi dari kepemilikan saham di PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Titik balik kesuksesannya terjadi pada tahun 1997 ketika ia mengakuisisi tambang batubaranya pertamanya yaitu PT. Gunungbayan Pratamacoal.

BYAN merupakan emiten dengan kapitalisasi terbesar yang fokus utamanya adalah bisnis pertambangan batu bara.

Grup Astra

Konglomerasi Grup Astra yang memiliki gurita bisnis di berbagai sektor, termasuk pertambangan dan perkebunan. Bisnis tambang Grup Astra dilakukan oleh PT United Tractors Tbk (UNTR) yang sahamnya 59,50% dimiliki oleh Astra.

Bisnis tambang memang bukanlah merupakan segmen bisnis utama UNTR, akan tetapi kontribusi yang diberikan cukup signifikan. Segmen usaha pertambangan batu bara UNTR dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA) sedangkan tambang emas dilakukan oleh Agincourt di Sumatera Utara.

Konglomerasi Grup Astra juga memiliki salah satu emiten sawit utama RI yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).

(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular