
Harga Minyak Makin Merajalela, Ringgit Bikin CPO Menderita

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas bergerak sangat beragam pada perdagangan kemarin, Senin (31/7/2023) dan hari ini, Selasa (1/8/2023). Harga minyak mentah dunia terbang sementara harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) justru ambles.
Minyak brent melambung 0,671%sementara minyak WTI terbang 1,51% ke level tertinggi sejak pertengahan April pada penutupan perdagangan Senin (31/7/2023).
Harga minyak melambung karena pasokan global diproyeksi akan semakin ketat. Sebaliknya, permintaan global akan meningkat.
Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bpd) untuk satu bulan lagi termasuk bulan September. Anggota OPEC juga memangkas produksi hingga 840.000 lebih rendah pada Juli 2023 dibandingkan Juni.
Pemangkasan produksi menjadi kekhawatiran besar mengingat pasokan minyak terus berkurang. Inventori minyak di AS ambruk turun hingga 900.000 per 28 Juli.
Pemangkasan produksi dan turunnya inventori ini justru terjadi saat permintaan naik.
Goldman Sachs memperkirakan permintaan minyak akan mencapai 102, juta bpd pada Juli, lebih tinggi 550.000 bpd dibandingkan proyeksi sebelumnya.
Sementara itu, harga CPO terus terkapar karena menguatnya ringgit Malaysia dan melemahnya harga minyak nabati lain. Ringgit Malaysia menguat 1,14% dalam sepekan.
Ringgit yang menguat membuat CPO makin mahal mengingat ringgit menjadi benchmark dalam transaksi CPO.
Selengkapnya mengenai perkembangan harga komoditas bisa dibaca pada artikel di bawah ini:
Harga batu bara
Harga emas global
Harga emas Pegadaian
Harga emas Antam
Harga CPO
Harga minyak mentah
Berikut harga komoditas:
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Batu Bara, CPO, dan Minyak Ramai-Ramai Cetak Rekor