Cuan... Cuan! Harga CPO ATH, Saham Sawit Kompak Melesat

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Rabu, 02/03/2022 10:43 WIB
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melaju di zona penguatan pada lanjutan sesi I perdagangan Rabu (2/3/2022). Hal tersebut terjadi seiring harga komoditas CPO menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah (all time high/ATH).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), berikut saham-saham CPO yang menguat, per pukul 09.57 WIB.

  1. Provident Agro (PALM), naik +11,43%, ke Rp 780


  2. Eagle High Plantations (BWPT), +6,82%, ke Rp 94

  3. Salim Ivomas Pratama (SIMP), +4,95%, ke Rp 530

  4. Gozco Plantations (GZCO), +4,29%, ke Rp 170

  5. Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), +4,24%, ke Rp 123

  6. PP London Sumatra Indonesia (LSIP), +4,08%, ke Rp 1.530

  7. Cisadane Sawit Raya (CSRA), +3,87%, ke Rp 805

  8. Astra Agro Lestari (AALI), +3,82%, ke Rp 12.225

  9. Dharma Satya Nusantara (DSNG), +3,79%, ke Rp 685

  10. Triputra Agro Persada (TAPG), +3,27%, ke Rp 790

  11. Sawit Sumbermas Sarana (SSMS), +2,63%, ke Rp 1.170

  12. Tunas Baru Lampung (TBLA), +2,44%, ke Rp 840

  13. SMART (SMAR), +1,55%, ke Rp 4.600

  14. Sampoerna Agro (SGRO), +0,45%, ke Rp 2.210

Menurut data di atas, saham PALM memimpin kenaikan sebesar 11,43%. Dalam sepekan, saham ini naik 14,81%.

Di posisi kedua, ada saham BWPT yang melonjak 6,82% ke Rp 94/unit, usai naik 1,15% kemarin.

Saham duo Grup Salim, SIMP dan LSIP, pun masing-masing mencuat 4,95% dan 4,08% pagi ini.

Sementara, mengacu pada data kepada Refinitiv, pukul 08:00 WIB harga CPO dibanderol di level MYR 7.019/ton atau naik 3,80% pada pembukaan pagi tadi. Perkembangan ini membuat harga CPO membukukan kenaikan 17,34% secara mingguan dan 90,84% secara tahunan.

Banyaknya tekanan di pasar nabati dunia dan kisruh yang meningkat di Kyiv masih menjadi sentimen buruk dan memicu harga CPO melonjak ke level tertingginya.

Dari sisi fundamental, melansir Reuters, minyak sawit telah menjadi minyak termahal di antara empat minyak nabati utama untuk pertama kalinya karena pembeli bergegas untuk mengamankan pengganti minyak biji bunga matahari dari wilayah pengekspor utama di Laut Hitam Ukraina yang terganggu oleh aksi Rusia terhadap Ukraina.

Rekor harga minyak sawit melebihi minyak nabati lain sehingga menekan konsumen di Asia dan Afrika yang sensitif terhadap harga. Sehingga, membuat harga pangan dan bahan bakar melonjak dan memaksa mereka untuk mengurangi konsumsi dan beralih ke minyak kedelai.

Di India untuk pengiriman Maret, CPO ditawarkan dengan harga sekitar US$ 1.925/ton termasuk biaya asuransi dan pengiriman, sedangkan minyak kedelai mentah dibanderol US$ 1.865/ton.

Minyak rapeseed mentah ditawarkan US$ 1.900/ton, dan sementara ini para pedagang tidak menawarkan minyak bunga matahari mentah karena Pelabuhan di Ukraina ditutup. Laut Hitam menyumbang 60% dari produksi minyak bunga matahari dunia dan 76% dari ekspor.

Selain itu, produksi kedelai di Argentina, Brasil, dan Paraguay diperkirakan turun karena cuaca kering. Pembeli Asia yang sensitif terhadap harga biasanya mengandalkan minyak sawit karena biaya rendah dan waktu pengiriman yang cepat, tapi sekarang mereka membayar lebih dari US$ 50/ton premium dibandingkan dengan minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari.

"Pembeli memiliki pilihan untuk membeli minyak kedelai, tapi pasokan minyak kedelai cepat habis dan mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk mendarat di Asia dibandingkan dengan minyak sawit," tutur seorang dealer di Kuala Lumpur dikutip dari Reuters.

Namun, diperkirakan harga CPO yang melonjak hanya bersifat sementara dan dapat memudar dalam beberapa pekan ke depan karena pembeli beralih ke minyak kedelai untuk pengiriman April.

Sebagian besar permintaan tambahan untuk minyak sawit dipenuhi oleh Malaysia, karena jumlah ekspor sedang naik dan pemerintah Malaysia telah mengumumkan kebijakan untuk membantu produksi CPO di negaranya.

Bahkan, menurut dealer kargo Societe Generale de Surveillance, ekspor CPO Malaysia di bulan Februari naik 8,9% di 1.242.287 ton dari 1.140.790 ton.

Sementara itu, Indonesia telah membatasi ekspor dengan memberlakukan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) untuk produsen minyak sawit agar terlebih dahulu memasok CPO domestik sebanyak 20% lalu sisanya dapat diekspor.

Hal tersebut bertujuan untuk mengendalikan persediaan dan harga CPO di Indonesia, tapi menjadi sentimen negatif untuk pasar nabati dunia karena ekspor minyak sawit menjadi menurun. Indonesia merupakan negara pengekspor CPO terbesar selain Malaysia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Belajar Dari Negeri Jiran, Ini Cara Pabrik Sawit Atasi Masalah