Berkah CPO, Laba Bersih Duo Grup Salim SIMP dan LSIP Melesat

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Rabu, 02/03/2022 08:15 WIB
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua perusahaan perkebunan kelapa sawit milik Grup Salim, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan anak usahanya, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih dan laba bersih sepanjang 2021 berkat kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit.

Menurut laporan keuangan yang terbit di Bursa Efek Indonesia (BEI), SIMP membukukan kenaikan laba bersih secara signifikan sebesar 320,18% secara tahunan (yoy) dari Rp 234,28 miliar pada 2020 menjadi Rp 984,41 miliar pada periode yang sama tahun 2021.

Kenaikan laba bersih SIMP ditopang oleh pendapatan bersih yang naik 35,81% secara yoy menjadi Rp 19,66 triliun sepanjang 2021 berkat kenaikan ASP produk sawit di tengah menyusutnya produksi.


Menurut penjelasan dalam rilis pers perusahaan, sepanjang tahun lalu, produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti turun 8% yoy menjadi 2,76 juta ton terutama disebabkan kondisi cuaca yang tidak mendukung serta kegiatan peremajaan tanaman kelapa sawit.

Seiring dengan penurunan produksi TBS inti dan eksternal, total produksi CPO (crude palm oil) turun 7% yoy menjadi 687 ribu ton. Volume penjualan CPO turun 7% yoy menjadi 698 ribu ton. Sementara, volume penjualan produk PK (palm kernel) turun 11% yoy menjadi 162 ribu ton.

Namun, penjualan SIMP melesat berkat kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit dan produk Minyak & Lemak Nabati (EOF) serta kenaikan volume penjualan produk EOF. ASP CPO dan PK masing-masing meningkat 35% yoy dan 64% yoy.

Manajemen SIMP menjelaskan, di tengah pandemi di seluruh dunia, dampak cuaca serta volatilitas harga komoditas, perusahaan terus memprioritaskan belanja modal pada aspek-aspek yang memiliki potensi pertumbuhan, kegiatan peremajaan tanaman kelapa sawit dan infrastruktur.

"Tahun 2021 kembali menjadi tahun yang menantang bagi industri agribisnis terutama seiring kondisi cuaca yang tidak mendukung serta berlanjutnya dampak pandemi. Kenaikan harga komoditas sepanjang tahun 2021 yang berdampak positif kepada kami terutama dikontribusikan dari meningkatnya permintaan global terhadap vegetable oils serta rendahnya produksi karena dampak cuaca," jelas Direktur Utama Grup SIMP Mark Wakeford dalam rilis pers, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (2/3/2022).

Ia menambahkan, produksi TBS inti SIMP turun pada tahun 2021 karena kondisi cuaca yang tidak mendukung dan kegiatan peremajaan tanaman sawit.

"Kegiatan peremajaan kelapa sawit berlanjut dimana kami melakukan penanaman kembali pada sebagian lahan yang berusia tua dengan benih bibit yang memiliki potensi hasil panen tinggi. Divisi Minyak & Lemak Nabati (EOF) mencatat kinerja yang kuat seiring kenaikan volume penjualan," imbuh Mark.

Seiring dengan pendapatan bersih yang menguat, beban pokok penjualan dan pendapatan SIMP juga membengkak 26,48% secara yoy menjadi Rp 14,51 triliun pada akhir 2021.

Total aset SIMP per 31 Desember 2021 mencapai Rp 35,98 triliun, dengan total liabilitas Rp 16,19 triliun dan total ekuitas Rp 19,78 triliun.

LSIP

Seperti sang induk SIMP, kinerja penjualan LSIP atau biasa disebut Lonsum juga ditopang oleh kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit.

Laba bersih LSIP tercatat sebesar Rp 991,24 miliar untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2021. Angka tersebut naik 42,42% secara yoy dari laba bersih tahun sebelumnya Rp 696,01 miliar.

Pendapatan bersih perusahaan juga meningkat 27,96% secara yoy menjadi Rp 4,53 triliun pada 2021. Sama seperti SIMP, manajemen LSIP bilang, kenaikan penjualan ini seiring naiknya ASP produk sawit.

Dalam rilis pers LSIP, manajemen memaparkan, produksi TBS inti turun 7% yoy menjadi 1,2 juta ton terutama karena dampak cuaca yang tidak mendukung serta kegiatan peremajaan tanaman sawit.

Seiring dengan turunnya produksi TBS inti dan eksternal, total produksi CPO turun 8% yoy menjadi 306 ribu ton. Volume penjualan pun CPO turun 2% yoy menjadi 318 ribu ton, sedangkan volume penjualan produk PK turun 6% yoy menjadi 92 ribu ton.

Adapun, kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk CPO dan PK masing-masing meningkat 31% yoy dan 55% yoy.

Presiden Direktur LSIP Benny Tjoeng dalam rilis pers mengatakan, "Industri agribisnis di tahun 2021 kembali menghadapi tahun yang penuh tantangan, terutama karena kondisi cuaca yang tidak mendukung dan berlanjutnya dampak pandemi."

Naiknya harga komoditas, kata dia, sepanjang tahun 2021 terutama disumbang oleh meningkatnya permintaan vegetable oils dunia serta rendahnya produksi akibat dampak cuaca.

"Pada FY2021 [sepanjang 2021], Lonsum meraih kinerja keuangan yang positif seiring kenaikan harga jual rata-rata produk sawit serta upaya-upaya kami dalam pengendalian biaya dan efisiensi," imbuh Benny.

Benny pun memprediksi, industri perkebunan diperkirakan akan tetap menantang ke depan.

"Di tengah pandemi di seluruh dunia, dampak cuaca dan volatilitas harga komoditas, kami terus memperkuat posisi keuangan, mengendalikan biaya dan efisiensi, meningkatkan produktivitas dan memprioritaskan belanja modal pada aspek-aspek yang berpotensi memiliki pertumbuhan, kegiatan penanaman dan infrastruktur," jelas Benny.

LSIP juga, Benny bilang, berfokus pada praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan serta mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan keamanan dan kesehatan karyawan kami selama masa pandemi.

Beban pokok penjualan dan pendapatan LSIP tercatat naik 10,41% secara yoy menjadi Rp 2,72 triliun.

Adapun, total aset LSIP mencapai Rp 11,85 triliun per 31 Desember 2021. Sementara, total liabilitas LSIP sebesar Rp 1,68 triliun dan total ekuitas Rp 10,17 triliun hingga akhir tahun lalu.


(adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Belajar Dari Negeri Jiran, Ini Cara Pabrik Sawit Atasi Masalah