Internasional

Menlu Ukraina Desak Raksasa Minyak 'Putus' dengan Rusia

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
01 March 2022 20:40
Minyak Bumi
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Dmytro Kuleba melancarkan serangan pedas terhadap perusahaan-perusahaan yang masih melakukan bisnis dengan Rusia. Ia mengatakan beberapa perusahaan minyak besar berada di sisi sejarah yang salah.

"Dunia akan menilai mereka sesuai dengan fakta itu. Dan sejarah akan menilai mereka sesuai dengan fakta tersebut," kata Kuleba dalam wawancara Senin (28/2/2022), dikutip dari CNBC International.

Sebagaimana diketahui, beberapa raksasa perusahaan minyak telah memutuskan hubungan dengan Rusia. Shell mengatakan bermaksud untuk keluar dari usaha patungannya dengan raksasa gas Rusia Gazprom dan entitas terkaitnya.

Sementara raksasa energi BP mengumumkan melepas 19,75% sahamnya di Rosneft, perusahaan minyak yang dikendalikan Rusia, dan berpotensi memukul perusahaan minyak Inggris dengan biaya US$ 25 miliar.

Perusahaan minyak lainnya juga turut ditekan untuk mengikutinya, antara lain Kuleba menyebutkan TotalEnergies Prancis dan raksasa migas asal Amerika Serikat ExxonMobil. TotalEnergies memiliki saham di produsen gas Rusia Novatek dan Yamal, sementara Exxon memiliki hubungan sendiri dengan Rosneft.

"Saya dapat menelepon, mendesak, mereka dan semua bisnis lainnya. Jika mereka ingin menyelamatkan perdamaian, jika mereka ingin menyelamatkan nyawa warga sipil, mereka harus berhenti berbisnis dengan Rusia," kata Kuleba, saat ditanya mengenai kedua perusahaan tersebut.

"Putuskan bisnismu dengan Rusia. Jika Anda memiliki landasan moral, lakukan segera tanpa penundaan. Perdagangan dengan Rusia membiayai agresi, pembunuhan warga sipil dan penghancuran kota-kota yang damai," tambahnya.

TotalEnergies mengutuk agresi militer Rusia terhadap Ukraina dan mengatakan tidak akan lagi menyediakan modal untuk proyek-proyek baru di Rusia.

"TotalEnergies mendukung ruang lingkup dan kekuatan sanksi yang diberlakukan oleh Eropa dan akan menerapkannya terlepas dari konsekuensi (saat ini sedang dinilai) pada kegiatannya di Rusia," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

Rusia mendapatkan sejumlah sanksi baru selama akhir pekan pasca invasinya ke Ukraina. Amerika Serikat (AS), Eropa dan Kanada setuju untuk menghapus bank-bank utama Rusia dari sistem pesan antar bank, SWIFT. Bank, maskapai penerbangan, dan individu kaya juga terkena dampaknya, termasuk Presiden Vladimir Putin.

Mata uang Rusia, rubel, merosot ke level terendah sepanjang masa pada Senin dan bank sentral menaikkan suku bunga ke 20%. Ada juga laporan tentang orang Rusia yang mengantre di luar ATM, khawatir sanksi dapat memicu kekurangan uang tunai.

"Rakyat Rusia terkejut dan mereka sudah menyadari betapa mereka menderita dari agresi yang tidak dapat dibenarkan yang dipicu oleh Presiden Putin ini," kata Kuleba.

"Sangat penting bagi komunitas bisnis internasional untuk mengambil sikap konsolidasi yang tegas dan tidak mendukung transaksi keuangan Rusia... Setiap rubel Rusia memiliki tanda darah Ukraina di dalamnya," katanya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramai-Ramai Raksasa Migas Hengkang dari Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular