SWIFT Jadi "Nuklir Keuangan" Bagi Rusia atau Gertak Sambal?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 March 2022 18:50
Biden
Foto: AP/Alex Brandon

Tetapi beberapa ahli juga berpendapat SWIFT memang akan berdampak terhadap Rusia, tetapi tidak semengerikan yang orang-orang bayangkan. Bahkan negara-negara lain juga akan dirugikan, sebab Rusia memiliki posisi yang strategis sebagai eksportir komoditas energi. 

"SWIFT adalah platform komunikasi, bukan sistem pembayaran finansial. Jika mereka mengeluarkan Rusia dari SWIFT, mereka mengeluarkannya dari jalur komunikasi utama di dunia finansial, tetapi Rusia bisa menggunakan alat sebelum adanya SWIFT, seperti telepon, teleks atau email untuk melakukan transaksi antar bank," kata Adam Smith, pengacara internasional yang berfokus pada perdagangan dan pernah bekerja dalam Pemerintahan Presiden Barrack Obama, sebagaimana diwartakan CBS News.

Alistair Milne, profesor ekonomi finansial Universitas Loughborough Inggris bahkan menyebutkan perekonomian Rusia akan rusak jika dikeluarkan dari SWIFT hanya mitos belaka.

Menurutnya dikeluarkannya dari Rusia dari SWIFT merupakan simbol penolakan terhadap aksi militer yang dilakukan, dan ada faktor lain yang membuat nilai tukar rubel terpuruk.

"Ini (dikeluarkannya Rusia dari SWIFT) adalah simbol penolakan global terhadap serangan militer yang dilakukan oleh Rusia, tidak lebih dari itu. Kebijakan lain, yakni memblokir bank sentral Rusia dari transaksi internasional yang merusak kepercayaan terhadap rubel," rulis Milne sebagaimana dilansir The Conversation.

Amerika Serikat dan sekutu memang juga memberikan sanksi bagi bank sentral Rusia sehingga tidak bisa mengakses cadangan devisanya yang ditempatkan di luar negeri.

Cadangan devisa Rusia saat ini sebesar US$ 643 miliar, yang sebagian besar ditempatkan di bank sentral AS, Eropa dan China dengan estimasi sekitar US$ 492 miliar, melansir Forbes.

Artinya, bank sentral Rusia sulit untuk melakukan intervensi ketika rubel jeblok.

Milne yang sudah banyak membuat makalah mengenai SWIFT mengatakan pada tahun 2012 ketika Iran diputus dari platform tersebut, perbankan di Iran masih bisa melakukan transaksi internasional dengan menggunakan perbankan di negara ketiga yang bersedia dan mendapatkan margin dari transaksi tersebut.

Menurut Milne, SWIFT memberikan informasi dan mendukung teknologi serta standarisasi, tetapi tidak punya peran dalam mengeksekusi pembayaran. Ia mencontohkan perusahaan energi Rusia, Gazprom bahkan tidak terlalu tergantung dengan SWIFT. Saat trader membeli minyak atau gas dari Gazprom pembayaran baik itu menggunakan dolar AS maupun euro dilakukan ke akun bank yang dimiliki perusahaan energi Rusia.

"Jadi jika niatnya memberikan sanksi untuk memblokir pembayaran gas Rusia, alat yang digunakan seharusnya bukan SWIFT, tetapi sanksi harus diberikan ke Gazprom dan fasilitas perbankannya," kata Milne.

Apalagi untuk saat ini masih belum jelas bagaimana SWIFT akan diterapkan. Pejabat di Gedung Putih mengatakan Uni Eropa akan memfinalisasi secara spesific bank-bank yang akan dikeluarkan dari SWIFT.

Artinya, ada kemungkinan tidak semua bank akan dikeluarkan, sebab Amerika Serikat hingga Eropa juga akan kena dampak buruknya. Menurut Russian National Swift Association, saat ini ada sekitar 300 bank dan institusi yang menggunakan SWIFT. Rusia juga menjadi negara pengguna SWIFT terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

"Amerika Serikat dan Jerman menjadi dua negara yang paling dirugikan jika Rusia terputus dari SWIFT, sebab keduanya paling sering menggunakan SWIFT untuk berkomunikasi dengan perbankan Rusia," tulis Maria Shagina ahli sanksi internasional, dalam sebuah artikel untuk Carnegie Moscow Center tahun lalu, sebagaimana dikutip CBC, Minggu (27/2).

Selain itu, pasokan minyak mentah dan gas yang terganggu dari Rusia berpotensi membuat harga kedua komoditas energi tersebut meroket. Hal ini berisiko membuat inflasi semakin terakselerasi, dan bisa berdampak buruk bagi perekonomian Amerika Serikat dan Eropa yang sedang menghadapi masalah tingginya inflasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular