Kurs Dolar Singapura Turun Saat AS-Rusia Memanas, Kok Bisa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 February 2022 12:25
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Singapura melemah melawan rupiah di awal perdagangan Rabu (23/2) padahal tensi geopolitik di Eropa Timur sedang panas-panasnya. Dalam kondisi tersebut rupiah yang merupakan aset emerging market cenderung tertekan, tetapi kenyataan berkata lain.

Pada pukul 10:54 WIB, dolar Singapura berada di kisaran Rp 10.667/SG$, melemah tipis kurang dari 0,1% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Meski situasi geopolitik sedang panas, nyatanya aliran modal masih terus masuk ke dalam negeri, rupiah pun menjadi kuat.

Di pasar saham investor asing masih melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 384 miliar di pasar reguler pada perdagangan sesi I. Dalam dua hari pertama pekan ini, net buy tercatat sekitar Rp 1,4 triliun, dan dalam 2 minggu sebelumnya Rp 10 triliun.

Di pasar obligasi sekunder juga terjadi hal yang sama. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga 18 Februari aliran modal asing masuk ke pasar obligasi cukup besar, hampir Rp 14,5 triliun.

Capital inflow tersebut sekaligus membalikkan outflow sekitar Rp 4 triliun yang terjadi pada bulan Januari lalu. Dengan demikian sepanjang tahun ini (year-to-date) hingga 18 Februari lalu terjadi inflow lebih dari Rp 10 triliun di pasar obligasi.

Di pasar primer, lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau Sukuk Negara juga banjir peminat.

Dalam proses lelang tersebut, incoming bids yang masuk mengalami kenaikan menjadi Rp 33,5 triliun. Adapun incoming bids lelang sebelumnya yang digelar pada tanggal 8 Februari 2022 lalu, mencapai Rp 29,4 triliun.

Dari incoming bids tersebut yang dimenangkan pemerintah dalam lelang hari ini sebesar Rp 9 triliun, lebih rendah dari target indikatif yang ditetapkan pemerintah sebelumnya sebesar Rp 11 triliun.

Derasnya aliran modal tersebut mampu menjaga kinerja rupiah meski ada tekanan dari eskalasi tensi antara Rusia dengan Ukraina yang turut menyeret Amerika Serikat (AS) dan Negara Barat lainnya.

Presiden AS, Joe Binden, kemarin memberikan sanksi ke Rusia. Hal ini dilakukan setelah Rusia mengirim pasukannya ke wilayah Donestk dan Luhansk yang sebelumnya diakui kemerderdekaannya dari Ukraina oleh Presiden Valdimir Putin.

"Ini adalah awal dari invasi Rusia ke Ukraina, Putin mengindikasikan hal tersebut dan meminta izin Duma (parlemen) untuk melakukannya. Jadi saya mulai memberikan sanksi," kata Biden sebagaimana diwartakan CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular