Habis Rekor, Harga Karet Loyo

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Selasa, 22/02/2022 13:29 WIB
Foto: Petani karet (REUTERS/Panu Wongcha-um)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga karet dunia terkoreksi pada perdagangan siang hari ini setelah mengukir rekor harga tertinggi sejak Maret 2021.

Pada Selasa (22/2/2022) pukul 11:53 WIB harga karet berjangka Jepang tercatat JPY 259,9kg, turun 0,15% dibandingkan harga penutupan kemarin.


Laju harga karet mulai turun setelah karena aksi realisasi keuntungan para investor saat harga karet dunia berhasil mencapai level US$ 160/kg pada perdagangan kemarin.

Sebelumnya, laju harga karet tersengat oleh tingginya harga minyak mentah dunia yang mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun. Harga minyak jenis brent berada di US$ 96,7/barel, naik 1,37% dibanding kemarin. Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 93,86/barel, melesat 3,06% dibanding kemarin.

Harga minyak melonjak setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pengerahan pasukan ke dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur yakni Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk. Hal ini dikhawatirkan akan memicu perang besar.

Ketegangan yang terjadi menambah kekhawatiran pasokan yang telah membuat harga minyak mendekati $100 per barel. Edward Moya, analis OANDA mengatakan minyak mentah Brent tidak akan mengalami kesulitan reli di atas level $100 jika pergerakan militer terjadi.

Apa hubungannya harga minyak mentah yang tinggi dan harga karet yang melesat?

Harga minyak mentah yang tinggi akan menguntungkan bagi karet mentah, karena karet sintetis adalah barang subtitusi. Ini karena minyak mentah adalah bahan baku yang digunakan sebagai karet sintetis. Sehingga saat harga minyak melambung, harga karet sintetis juga ikut terkerek.

Saat karet sintetis menjadi mahal, pembeli cenderung beralih ke karet alam yang lebih murah. Sehingga permintaan naik, maka harga akan ikut terungkit.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan