Harga Nikel Rekor, Saham ANTM-INCO-TINS Cs 'Ngamuk'!
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten tambang nikel kompak ditutup melesat pada perdagangan menjelang akhir pekan, Jumat (18/2/2022). Investor, termasuk asing, berbondong-bondong masuk di tengah harga komoditas nikel kembali menyentuh rekor tertinggi.
Berikut kinerja saham-saham nikel, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini (18/2).
Aneka Tambang (ANTM), naik +7,46%, ke Rp 2.090/saham
Timah (TINS), +5,11%, ke Rp 1.440/saham
Vale Indonesia (INCO), +3,16%, ke Rp 4.900/saham
Central Omega Resources (DKFT), +2,70%, ke Rp 114/saham
PAM Mineral (NICL), +2,67%, ke Rp 77/saham
Pelat Timah Nusantara (NIKL), +2,21%, ke Rp 925/saham
Harum Energy (HRUM), +0,47%, ke Rp 10.650/saham
Duo saham emiten BUMN, ANTM dan TINS, memimpin kenaikan dengan masing-masing melesat 7,46% dan 5,11%.
Seiring dengan penguatan tersebut, investor asing mencatatkan nilai beli bersih di saham ANTM dan TINS masing-masing sebesar Rp 18,40 miliar dan Rp 13,92 miliar di pasar reguler.
Dalam sepekan kedua saham tersebut secara berturut-turut melejit 13,28% dan 3,97%.
Setali tiga uang, saham INCO juga terkerek naik 3,16%, melanjutkan kenaikan dua hari sebelumnya. Dalam seminggu, saham INCO naik 2,51%.
Sama seperti ANTM-TINS, asing juga melakukan beli bersih saham INCO Rp 15,99 miliar di pasar reguler hari ini.
Diwartakan sebelumnya, Jumat (18/2), harga nikel dunia mengukir rekor tertinggi sejak satu dekade silam di tengah tensi potensi perang Rusia dan Ukraina kembali memanas.
Hal ini terjadi seiring investor khawatir terhadap keadaan pasokan nikel dunia.
Pada Jumat (18/2/2022) pukul 14.30 WIB harga nikel tercatat US$ 24.090/ton, naik 0,8% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.
Harga nikel dunia menguat setelah adu tembak dan pernyataan Biden soal perang yang bisa terjadi kapan saja membuat investor cemas akan persediaan nikel dunia yang sudah menipis.
Maklum, Rusia adalah produsen nikel terbesar nomor 3 di dunia dengan produksi 280.000 ton pada tahun 2020, mengacu data Statista. Sehingga memiliki pengaruh terhadap pergerakan harga nikel dunia.
Sebelumnya, terjadi kontak senjata antara tentara Ukraina dengan kelompok separatis pro-Rusia kemarin pagi. Konflik Ukraina dengan kelompok ini sudah terjadi bertahun-tahun, tetapi sangat mungkin dijadikan salah satu alasan oleh Rusia untuk masuk ke Ukraina.
Melansir Reuters, baik pemerintah maupun pemberontak saling menuduh masing-masing telah menembak melintasi garis gencatan senjata.
"Beberapa provokasi direncanakan hari ini, kami memperkirakan dan mengira bahwa perang telah dimulai," kata seorang penduduk desa Stanytsia Luhanska, Dmytro.
Hal ini semakin menimbulkan kekhawatiran Barat akan potensi serangan Rusia ke Ukraina. Sebelumnya, AS dan NATO menuding Rusia bersiap melakukan invasi dengan menempatkan 100.000 lebih pasukan di perbatasan Ukraina, meski Moskow membantah dan meluncurkan sejumlah foto dan video monarki pasukan.
Selain itu, Amerika Serikat (AS) juga masih meyakini bahwa Moskow akan segera menyerang Ukraina dalam beberapa hari ke depan. Sekarang negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin itu tinggal mencari alasan yang tepat untuk itu.
"Kami meyakini bahwa mereka (Rusia) akan segera melakukan operasi jika sudah ada alasan. Setiap laporan yang kami miliki adalah mereka bersiap pergi ke Ukraina dan menyerang Ukraina. Perasaan saya ini akan terjadi dalam beberapa hari ke depan," tegas Joseph 'Joe' Biden, Presiden AS, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/vap)