Dolar Singapura "Balas Dendam", Rupiah 2 Hari Merosot!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 February 2022 15:10
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura "balas dendam" terhadap rupiah pada perdagangan Jumat (18/2). Mata Uang Negeri Merlion ini sebelumnya tidak pernah menguat 7 hari perdagangan sebelum mencatat penguatan cukup tajam pada perdagangan Kamis kemarin, dan berlanjut pada hari ini. 

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi ini sempat menguat 0,31% ke Rp 10.688/SG$, sementara kemarin melesat 0,47%. Kenaikan dalam dua hari tersebut nyaris membalikkan kinerja negatif dalam 7 hari perdagangan sebelumnya.

Penguatan dolar Singapura kemudian terpangkas menjadi 0,14% ke Rp 10.669/SG$ setelah rilis data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) yang membuat rupiah sedikit bertenaga.

Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus begitu juga dengan transaksi berjalan (current account) yang sebelumnya selalu defisit dalam satu dekade terakhir.

"Perkembangan NPI secara keseluruhan tahun 2021 mencatat surplus tinggi, sehingga ketahanan sektor eksternal tetap terjaga. Surplus NPI tahun 2021 tercatat sebesar 13,5 miliar dolar AS, jauh meningkat dibandingkan capaian surplus pada tahun sebelumnya sebesar 2,6 miliar dolar AS," tulis BI dalam keterangan resminya, Jumat (18/2).

Pos transaksi berjalan mencatat surplus US$ 3,3 miliar atau 0,3% dari produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2021. Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus secara tahunan yakni pada 2011 lalu.

Jika dilihat secara kuartalan, surplus transaksi berjalan tercatat sebesar US$ 1,4 miliar (0,4% dari PDB) di kuartal IV-2021, lebih dari dari kuartal sebelumnya US$ 5 miliar (1,7% dari PDB) di tiga bulan sebelumnya.

Transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial bagi pergerakan rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil ketimbang pos NPI lainnya, yakni transaksi modal dan finansial.

Sebelumnya rupiah mengalami tekanan akibat situasi geopolitik di Eropa Timur kembali memanas karena Rusia mengusir Wakil Duta Besar AS Bartle Gorman.

Selain itu, Washington juga masih meyakini bahwa Moskow akan segera menyerang Ukraina dalam beberapa hari ke depan. Sekarang negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin itu tinggal mencari alasan yang tepat untuk itu.

Kemarin pagi, meletus kontak senjata antara tentara Ukraina dengan kelompok separatis pro-Rusia. Konflik Ukraina dengan kelompok ini sudah terjadi bertahun-tahun, tetapi sangat mungkin dijadikan salah satu alasan oleh Rusia untuk masuk ke Ukraina. Mendamaikan situasi.

"Kami meyakini bahwa mereka (Rusia) akan segera melakukan operasi jika sudah ada alasan. Setiap laporan yang kami miliki adalah mereka bersiap pergi ke Ukraina dan menyerang Ukraina. Perasaan saya ini akan terjadi dalam beberapa hari ke depan," tegas Joseph 'Joe' Biden, Presiden AS, seperti dikutip dari Reuters.

Sebaliknya, Kremlin menilai AS malah menjadi pihak yang memanaskan situasi dan memperuncing konflik. AS juga tidak menghiraukan kepentingan keamanan Rusia (yang tidak sudi Ukraina bergabung ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular