Pasar Diduga Beralih ke Minyak Lain, Harga CPO Melemah Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melemah sepanjang pekan ini, melanjutkan koreksi yang tercipta sepekan sebelumnya, di tengah proyeksi turunnya konsumsi di India yang berujung pada turunnya ekspor Malaysia.
Harga kontrak berjangka (futures) CPO untuk pengiriman April 2022 di Bursa Derivatif Malaysia berbalik menguat 0,69% ke MYR 5.573/ton atau surut 38 ringgit pada Jumat (13/2/2022). Namun reli itu tak cukup untuk mengimpaskan koreksi pada Kamis sebesar 1,05%,
Secara mingguan, harga komoditas andalan Indonesia dan Malaysia ini masih terhitung melemah 0,34% atau melanjutkan pelemahan pekan sebelumnya yang sebesar 0,2%. Pada akhir pekan lalu, harga CPO masih di angka psikologis 5.600.
Sepanjang pekan ini, harga CPO memang tertekan dalam 3 hari yakni pada Senin, Selasa, dan Kamis. Sepanjang bulan, harga kontrak CPO teraktif tersebut terhitung turun 0,78%. Namun, sepanjang tahun berjalan masih melesat 54,8% dari posisi akhir tahun lalu MYR 3,600/ton.
Koreksi terjadi setelah impor minyak nabati di India sebagai konsumen utama CPO dunia pada tahun 2022 diprediksi melemah 2% di tengah upaya Negeri Bollywood tersebut untuk mendongkrak basis produksi di dalam negeri,
Chief Executive Officer (CEO) Malaysian Palm Oil Council (MPOC) Wan Aishah Wan Hamid menilai total impor minyak nabati di India tahun ini akan berada di level 13,8 juta ton, turun dari capaian tahun lalu sebanyak 1411 juta ton.
Di sisi lain, data terbaru menunjukkan turunnya ekspor CPO Malaysia. Perusahaan surveyor kargo Societe Generale de Surveillance dan Intertek Testing Services melaporkan ekspor produk minyak sawit Malaysia periode 1-10 Februari turun antara 5-6,5% secara bulanan.
Secara umum, penurunan itu tak membuat terjadinya kelebihan pasokan, karena stok juga turun. Data regulator industry Malaysia Palm Oil Board (MPOB) menunjukkan bahwa stok akhir minyak sawit bulan Januari Malaysia turun 3,85% menjadi 1,55 juta ton dari bulan sebelumnya.
"Harga sempat naik sepanjang tengah hari, tapi turun karena data ekspor yang lebih rendah serta pelaku pasar mengambil keuntungan setelah kenaikan spektakuler," tutur pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur dikutip dari Reuters.
Koreksi juga terjadi di tengah spekulasi bahwa beberapa negara tujuan ekspor minyak sawit telah beralih membeli minyak nabati lain seperti minyak kedelai Amerika Serikat (AS) dan minyak biji bunga matahari.
Harga CPO dunia memimpin kenaikan yang terjadi di pasar minyak nabati, sehingga cenderung lebih mahal ketimbang harga komoditas sejenis. Kebijakan pemerintah Indonesia membatasi ekspor turut menyumbang kenaikan harga tersebut di awal tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)