Duit Triliunan Mengalir ke Indonesia, Rupiah Menguat 2 Pekan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 February 2022 15:30
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Secara fundamental rupiah memang cukup bagus. Transaksi berjalan (current account) Indonesia tercatat surplus US$ 4,5 miliar di kuartal III-2021 atau 1,5% dari produk domestik bruto (PDB). Surplus tersebut diperkirakan masih akan bertahan di kuartal IV-2021 meski nilainya mengecil.

Surplus transaksi berjalan menjadi modal yang kuat bagi rupiah, sebab arus devisa yang mengalir ke pos ini lebih stabil ketimbang pos transaksi modal dan finansial.

Selain itu, kepemilikan asing di pasar obligasi Indonesia kini berada di bawah 20%, berbeda jauh ketimbang 2013 yang di atas 40%. Sehingga jika terjadi capital outflow kemungkinan tidak akan besar.

BI juga memiliki cadangan devisa yang cukup besar. Selasa lalu, BI melaporkan cadangan devisa per akhir Januari 2022 sebesar US$ 141,3 miliar. Turun US$ 3,6 miliar dari bulan sebelumnya.

Cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Kenaikan suku bunga di AS memang akan mendorong aliran modal keluar (outflow) dari Indonesia. Hal ini bisa menyebabkan pelemahan dari nilai tukar rupiah.

"Menyempitnya selisih yield obligasi pemerintah AS dengan Indonesia akan mendorong terjadinya outflow," kata Ekonom Senior Chatib Basri dalam acara Mandiri Investment Forum beberapa hari lalu.

Namun Chatib mengatakan tidak perlu khawatir karena kondisinya berbeda dengan 2013.

"BI lebih siap, seiring dengan cadangan devisa yang besar dan juga segenap instrumen intervensi moneter yang lebih variatif. Sehingga tidak terlalu banyak kekhawatiran soal kenaikan suku bunga AS," tutur Chatib.

Bahkan tidak menutup kemungkinan, Indonesia akan menjadi sasaran investor, baik yang bersifat langsung maupun lewat portfolio.

"Indonesia masih menjadi negara yang atraktif di dunia bagi investor. Bukan karena paling berhasil tapi karena negara lain punya masalah lebih berat," terangnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular