
Kontrak Berjangka Bursa AS Melemah Imbas Aksi Jual Masif

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Jumat (11/2/2022), setelah aksi jual besar-besaran dipicu oleh data inflasi yang tinggi sejak 40 tahun.
Kontrak futures indeks Dow Jones turun 140 poin atau 0,4%. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq jatuh masing-masing sebesar 0,5% dan 0,7%.
Aset berisiko tinggi ambruk ketika imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik imbas lonjakan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang naik lebih dari 7% di Januari dan menjadi yang tertinggi sejak Februari 1982.
Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun melesat di atas 2% untuk pertama kali sejak 2019. Yield obligasi tenor 2 tahun naik lebih dari 26 basis poin (bp) dan menjadi yang tertinggi harian sejak 2009. Yield obligasi tenor 2 tahun sedikit turun hari ini, tapi tenor 10 tahun tetap berada di atas 2%.
Presiden Fed St.Louis James Bullard mengharapkan kenaikan suku bunga acuan dengan persentase poin penuh dimulai Juli.
Pasar pun mengubah pertaruhan perubahan suku bunga acuan, jika mengacu ke data CME, yang menunjukkan peluang kenaikan hampir 100% sebanyak 50 bp pada rapat di bulan Maret. Sementara itu, pasar memprediksikan kenaikan agresif hingga 7 kali tahun ini.
"Waktunya telah tiba untuk kebijakan yang agresif dari kondisi yang terlalu akomodatif, dan bergerak menuju sikap yang lebih netral dan tepat. Namun, untuk melakukan proses tersebut akan menjadi tantangan yang berat bagi pembuat kebijakan," tutur Direktur Perencanaan BlackRock Rick Rieder dikutip dari CNBC International.
Goldman Sachs mengubah ekspektasinya kepada The Fed tahun ini dan mengharapkan kenaikan suku bunga acuan dapat naik 7 kali untuk menekan inflasi yang terlalu tinggi.
Hari ini, pasar akan diperlihatkan bagaimana masalah inflasi tersebut berimbas pada investor, di mana data sentimen konsumen AS akan dirilis oleh University of Michigan pada pukul 10 pagi waktu setempat.
"Saya mengharapkan pasar dapat melihat peluang volatilitas akan terjadi lagi, investor mungkin mau mengencangkan pengaman karena ada peluang untuk risiko aset sampai inflasi mulai mereda dan saya mengharapkan inflasi akan turun", tutur Direktur Perencanaan dan Manajemen Commonwealth Financial Brian Price.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Netflix Dow Jones Runtuh, Kok Bisa?