Naik Tinggi dan Nyungsep, Dolar Australia Bak Roller Coaster!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 February 2022 14:45
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia bak roller coaster melawan rupiah dalam dua hari terakhir. Kemarin mata uang Negeri Kanguru ini sempat melesat 0,86% nyaris menyentuh Rp 10.400/AU$, tetapi kemudian berbalik melemah 0,3%.

Pada perdagangan Jumat (11/2) dolar Australia malah berlanjut nyungsep 0,52% ke kisaran Rp 10.221/AU$ pada pukul 12:35 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Penguatan tajam dolar Australia kemarin terjadi setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan kebijakan moneter dan mengindikasikan suku bunga baru akan dinaikkan pada 2023. Hal tersebut diungkapkan Gubernur BI, Perry Warjiyo.

"Bank Indonesia tetap akan mempertahankan suku bunga 3,5% sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental, prediksi kami akan terjadi di tahun 2023, dan untuk itu kami akan me-review kembali stand dari kebijakan moneter khususnya suku bunga di kuartal III tahun ini," kata Perry.

Perry menambahkan kebijakan yang diambil BI nantinya akan tergantung dari data inflasi, pertumbuhan ekonomi dan berbagai indikator makro, moneter dan sistem keuangan lainnya.

Pernyataan tersebut menunjukkan BI lebih dovish ketimbang sebelumnya. Sebab, di bulan Januari lalu Perry menyatakan suku bunga bisa naik di kuartal IV-2022.

Sementara bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) justru sebaliknya. Pada Selasa pekan lalu RBA membuka ruang kenaikan suku bunga di tahun ini, setelah sebelumnya berulang kali menegaskan tidak akan dinaikkan hingga akhir 2023.

Sontak dolar Australia terus menanjak melawan rupiah, apalagi kemarin saat BI justru bersikap lebih dovish.

Dalam dua pekan terakhir hingga level tertinggi kemarin, dolar Australia melesat nyaris 3,5%. Hal tersebut tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat dolar Australia berbalik melemah.

Apalagi hari ini rupiah ditopang data tingkat keyakinan konsumen yang semakin optimistis.

Survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dirilis BI hari ini menunjukkan angka 119,6 di bulan Januari lebih tinggi dari bulan sebelumnya 118,3.

IKK menggunakan angka 100 sebagai total ukur. Di bawahnya berarti pesimistis, di atasnya optimistis.

Ketika konsumen semakin optimistis, maka belanja akan semakin meningkat dan pada akhirnya memacu pertumbuhan ekonomi.

"Meningkatnya keyakinan konsumen pada Januari 2022 didorong oleh membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, terutama persepsi terhadap penghasilan saat ini dan pembelian barang tahan lama (durable goods). Sejalan dengan membaiknya persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi mendatang juga tercatat membaik pada seluruh indeks pembentuknya, tertinggi pada indeks ekspektasi penghasilan," tulis BI dalam rilis resminya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular