Market Cap TPIA Melonjak, BYAN Bertengger di Posisi ke-10

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
07 February 2022 11:25
Chandra Asri
Foto: Houtmand (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC IndonesiaIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak cerah bergairah pada pekan lalu, setelah pekan sebelumnya sempat ambruk lebih dari 1%.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada pekan lalu, IHSG melesat 1,29% secara point-to-point. Pada perdagangan Jumat (4/2/2022) pekan lalu, IHSG ditutup menguat 0,71% ke level 6.731,39.

Bahkan pada pekan lalu, IHSG berhasil menyentuh rekor tertinggi sepanjang masanya lagi. Adapun rekor tertinggi sepanjang masa sebelumnya dicetak pada 21 Januari lalu di level 6.726,37.

Seiring dari kembali cerahnya IHSG, total 10 besar kapitalisasi pasar terbesar (big cap), per Jumat akhir pekan lalu kembali meningkat menjadi Rp 3.411 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 3.388 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten4 Feb 2022No.Emiten28 Jan 2022No.Emiten21 Jan 2022
1.BCA/BBCA9431.BCA/BBCA9491.BCA/BBCA970
2.Bank BRI/BBRI6322.Bank BRI/BBRI6212.Bank BRI/BBRI626
3.Telkom/TLKM4193.Telkom/TLKM4223.Telkom/TLKM429
4.Bank Mandiri/BMRI3454.Bank Mandiri/BMRI3534.Bank Mandiri/BMRI337
5.Bank Jago/ARTO2295.Astra/ASII2225.Bank Jago/ARTO261
6.Astra/ASII2236.Bank Jago/ARTO2216.Astra/ASII227
7.Chandra Asri/TPIA2087.Chandra Asri/TPIA1857.Chandra Asri/TPIA174
8.Unilever/UNVR1538.Unilever/UNVR1558.Unilever/UNVR158
9.Bank BNI/BBNI1359.Bank BNI/BBNI1389.Bank BNI/BBNI132
10.Bayan/BYAN12410.Bayan/BYAN12210.Allo Bank/BBHI132

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (4/2/2022)

Berdasarkan data di atas, jumlah kapitalisasi pasar (market cap) yang mengalami kenaikan dan penurunan seimbang, di mana ada lima saham yang mengalami penurunan market cap dan lima saham yang mengalami kenaikan.

Dari saham yang mengalami kenaikan market cap, saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) menjadi yang paling besar kenaikannya pada akhir pekan lalu, yakni melonjak sebesar Rp 23 triliun menjadi Rp 208 triliun.

Sedangkan dari saham yang mengalami penurunan market cap, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi saham yang paling besar penurunan market cap-nya pada pekan lalu, yakni turun sebesar Rp 8 triliun menjadi Rp 345 triliun.

Di lain sisi, saham emiten batu bara yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) masih bertahan di posisi ke-10, di mana market cap-nya bertambah sebesar Rp 2 triliun menjadi Rp 124 triliun.

Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.

IHSG bergerak searah dengan bursa saham Asia lainnya. Sepanjang pekan lalu, indeks Nikkei 225 (Jepang) melesat 2,66%, BSE Sensex (India) melonjak 2,53%, SETI (Thailand) menguat 1,3%, Straits Times (Malaysia) melompat 2,62%, dan PSEI (Filipina) terdongkrak 2,82%.

Tak hanya di Asia, bursa saham Amerika Serikat (AS) juga menguat. Sepanjang pekan lalu saja, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 1,1%, S&P 500 melonjak 1,6%, dan Nasdaq Composite terbang 2,4%.

Aura kenaikan suku bunga tidak mengurungkan minat investor untuk memborong saham. Padahal, lingkungan suku bunga tinggi semestinya tidak kondusif karena akan membuat biaya ekspansi korporasi meningkat. Laba akan tertekan, dan ini tentu menjadi sentimen negatif.

Setelah bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), pekan lalu giliran bank sentral di Eropa (Europe Central Bank/ECB) yang naik panggung. ECB memang belum menaikkan suku bunga acuan. Namun, Presiden ECB Christine Lagarde menyampaikan pesan yang bernada hawkish.

"Inflasi sepertinya akan bertahan di level tinggi dalam periode yang lebih lama dari perkiraan sebelumnya. Dibandingkan dengan perkiraan Desember, risiko inflasi lebih bersifat upside dan mungkin akan bertahan dalam waktu dekat," papar Lagarde dalam jumpa pers usai rapat ECB, seperti dikutip dari Reuters.

Nada atau tone ini membuat pelaku pasar beranggapan bahwa ECB siap untuk menaikkan suku bunga acuan tahun ini.

"Rapat ECB ini menandai satu hal penting yaitu perubahan menjadi hawkish," ujar Carsten Brzeski, Ekonom ING, juga dikutip dari Reuters.

Sementara itu, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) lebih agresif dengan kembali menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,5%. Ini menjadi kenaikan dua bulan beruntun yang pertama sejak 2004.

Namun berbagai dinamika ini sepertinya sudah masuk dalam perhitungan pelaku pasar dan mereka juga telah mempersiapkannya. Oleh karena itu, investor tetap memburu aset-aset berisiko seperti saham.

"Kita melihat lingkungan yang berubah, bank sentral yang awalnya mendukung pertumbuhan ekonomi kini menjadi fokus melawan inflasi. Kita sudah tahu itu," ujar Rob Carnell, Kepala Ekonom ING yang berbasis di Singapura, seperti diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular