
Market Cap TPIA Melonjak, BYAN Bertengger di Posisi ke-10

IHSG bergerak searah dengan bursa saham Asia lainnya. Sepanjang pekan lalu, indeks Nikkei 225 (Jepang) melesat 2,66%, BSE Sensex (India) melonjak 2,53%, SETI (Thailand) menguat 1,3%, Straits Times (Malaysia) melompat 2,62%, dan PSEI (Filipina) terdongkrak 2,82%.
Tak hanya di Asia, bursa saham Amerika Serikat (AS) juga menguat. Sepanjang pekan lalu saja, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 1,1%, S&P 500 melonjak 1,6%, dan Nasdaq Composite terbang 2,4%.
Aura kenaikan suku bunga tidak mengurungkan minat investor untuk memborong saham. Padahal, lingkungan suku bunga tinggi semestinya tidak kondusif karena akan membuat biaya ekspansi korporasi meningkat. Laba akan tertekan, dan ini tentu menjadi sentimen negatif.
Setelah bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), pekan lalu giliran bank sentral di Eropa (Europe Central Bank/ECB) yang naik panggung. ECB memang belum menaikkan suku bunga acuan. Namun, Presiden ECB Christine Lagarde menyampaikan pesan yang bernada hawkish.
"Inflasi sepertinya akan bertahan di level tinggi dalam periode yang lebih lama dari perkiraan sebelumnya. Dibandingkan dengan perkiraan Desember, risiko inflasi lebih bersifat upside dan mungkin akan bertahan dalam waktu dekat," papar Lagarde dalam jumpa pers usai rapat ECB, seperti dikutip dari Reuters.
Nada atau tone ini membuat pelaku pasar beranggapan bahwa ECB siap untuk menaikkan suku bunga acuan tahun ini.
"Rapat ECB ini menandai satu hal penting yaitu perubahan menjadi hawkish," ujar Carsten Brzeski, Ekonom ING, juga dikutip dari Reuters.
Sementara itu, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) lebih agresif dengan kembali menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,5%. Ini menjadi kenaikan dua bulan beruntun yang pertama sejak 2004.
Namun berbagai dinamika ini sepertinya sudah masuk dalam perhitungan pelaku pasar dan mereka juga telah mempersiapkannya. Oleh karena itu, investor tetap memburu aset-aset berisiko seperti saham.
"Kita melihat lingkungan yang berubah, bank sentral yang awalnya mendukung pertumbuhan ekonomi kini menjadi fokus melawan inflasi. Kita sudah tahu itu," ujar Rob Carnell, Kepala Ekonom ING yang berbasis di Singapura, seperti diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)[Gambas:Video CNBC]
