
Banjir Kabar Baik, Harga Nikel Kok Loyo?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel dunia terpantau melemah pada siang hari ini walaupun 'kebanjiran' sentimen positif dari data impor logam China yang meroket.
Pada Jumat (4/2/2022) pukul 14:08 WIB harga nikel tercatat US$ 22.805/ton, turun 0,27% dibandingkan posisi kemarin.
Impor nikel China pada 2021 naik dua kali lipat dibandingkan 2020 menjadi 261.000 ton. Ketatnya pasokan nikel kelas satu mendorong lonjakan impor.
Hal ini membuat persediaan nikel di gudang menjadi menipis. Pada 3 Februari 2022 persediaan nikel di gudang yang dipantau bursa logam London (LME) tercatat 88.182 ton. Jumlah ini turun 66,7% dari persediaan tertinggi pada April 2021.
"Stok nikel di gudang LME sedang ditarik karena dapat digunakan untuk membuat nikel sulfat untuk baterai yang digunakan pada kendaraan listrik," kata analis ING Wenyu Yao.
Pertumbuhan permintaan dari sektor kendaraan listrik juga terlihat solid. Impor nikel sulfat tumbuh pesat dari 5.600 ton pada 2020 menjadi 44.700 pada 2021. Nikel jenis ini merupakan bahan kimia prekursor untuk pembuatan baterai.
Impor berbagai jenis nikel China seper feronikel, bijih, produk antara, dan matte melesat tahun lalu. Masing-masing tumbuh 8,2%, 11,3%, 17%, dan 48,4%.
Kenaikan impor China di semua jenis menunjukkan permintaan nikel dunia masih tinggi. Ini karena China adalah konsumen terbesar nikel.
![]() |
Namun, sentimen positif ini masih belum mampu mengangkat harga nikel. Sebab pasar konsumen logam utama China sedang tutup untuk liburan selama seminggu turut membuat permintaan nikel turun. Saat permintaan turun, maka harga akan akan turut melemah.
China adalah konsumen terbesar nikel di dunia sebesar 1,31 juta ton pada 2020, mengacu data Statista. Sehingga permintaan China memiliki pengaruh terhadap laju harga nikel.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joss! Nikel di Pasar London dan China Kompak Melesat