
Jeblok! Kurs Dolar Australia Nyaris Tembus Rp 10.100/AU$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia jeblok melawan rupiah sepanjang pekan ini hingga nyaris menembus ke bawah Rp 10.100/AU$. Padahal, pelaku pasar kini memperkirakan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan mempercepat kenaikan suku bunganya.
Pada perdagangan Jumat (28/1), dolar Australia menyentuh Rp 10.102/AU$ pagi ini, melemah 0,12% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Sepanjang pekan ini hingga ke level tersebut, dolar Australia sudah merosot nyaris 2%.
Selasa lalu, Biro Statistik Australia melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.
Kenaikan tajam harga perumahan serta bahan bakar minyak dikatakan menjadi pemicu utama kenaikan inflasi di tiga bulan terakhir tahun lalu.
Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.
"Meski beberapa faktor yang membuat inflasi naik masih bersifat sementara, tetapi kami memperkirakan RBA akan lebih hawkish saat pengumuman kebijakan moneter pekan depan," kata Sean Langcake, ekonom senior di BIS Oxford Economics, sebagaimana dilansir The West, Selasa (25/1).
"Kenaikan suku bunga sebanyak satu kali di 2022 mungkin akan terjadi melihat data inflasi saat ini," tambahnya.
Sebelumnya, RBA memberikan indikasi jika suku bunga tidak akan dinaikkan setidaknya hingga akhir 2023.
Kemungkinan kenaikan suku bunga di tahun ini semakin besar sebab pasar tenaga kerja diperkirakan akan semakin membaik, dan inflasi juga masih akan tetap tinggi di tahun ini.
"Pasar tenaga kerja akan sangat ketat dan kami percaya akan ada akselerasi kenaikan upah beberapa bulan ke depan," kata Gareth Aird, ekonom di Commonwealth Bank, sebagaimana dilansir ABC News, Rabu (26/1).
Aird memprediksi tingkat pengangguran yang saat ini berada di 4,2% akan kembali turun, kenaikan upah juga akan memicu tekanan inflasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah
