Newsletter

3 Bank Besar Panen Laba, IHSG Bakal 'Manis' Pada Akhir Pekan

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
28 January 2022 06:35
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah the Fed yang memberi isyarat untuk menaikkan suku bunga segera direspon negatif oleh pasar. Bursa saham Asia karam, sementara rupiah dan SBN tumbang. Untungnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan karena ditopang hasil kinerja keuangan emiten.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,16% di level 6.611,16 pada perdagangan kemarin, Kamis (27/1/2022).

Di sesi I, indeks bergerak fluktuatif namun berakhir melemah. Di sesi kedua IHSG bangkit dan berhasil kembali menembus level psikologis 6.600.

Nilai transaksi yang tercatat mencapai Rp 11,43 triliun. Namun asing net sell Rp 18,8 miliar di pasar reguler, cenderung tipis.

Mayoritas bursa saham Asia masih terbenam di zona merah. Hanya IHSG dan Indeks Philipina yang ditutup di zona hijau.

Indeks KOSPI Korea Selatan ditutup ambruk 3,5% ke level 2,614.49, Nikkei Jepang ambles 3,11% ke 26.170,30, Hang Seng Hong Kong ambrol 1,99% ke 23.807, Shanghai Composite China tergelincir 1,78% ke 3.394,25, dan Straits Times Singapura melemah 0,35% ke posisi 3.260,03.

Investor cenderung merespons negatif dari pernyataan The Fed yang berencana menaikkan suku bunga acuannya pada Maret 2022.

"Saya akan mengatakan bahwa komite berkeinginan untuk menaikkan suku bunga dana federal pada pertemuan Maret, dengan asumsi bahwa kondisinya sesuai untuk melakukannya," kata Ketua The Fed, Jerome Powell kepada wartawan seusai rapat FOMC, Rabu (26/1/2022) waktu setempat.

Powell mengatakan pasar tenaga kerja telah membuat kemajuan yang luar biasa. Peningkatan pekerjaan solid dalam beberapa bulan terakhir.

Namun, inflasi akan tetap tinggi untuk jangka panjang dan masalah rantai pasokan ternyata lebih besar serta lebih tahan lama dari yang diperkirakan sebelumnya, menurut Powell.

Sementara itu, kurs rupiah bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin. Pada Kamis (27/1/2022) rupiah ditutup di Rp 14.385/US$.

Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan kemarin. Mayoritas investor melepas obligasi pemerintah kemarin, ditandai dengan naiknya imbal hasil atau yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 3 tahun turun tipis 0,1 bp ke level 3,508%, sedangkan untuk yield SBN berjatuh tempo 30 tahun melemah tipis 0,2 bp ke level 6,887%.

Sementara untuk yield SBN berjangka waktu 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara menguat 2,4 bp ke level 6,435%.

Ketiga indeks saham utama Amerika Serikat (AS) kompak melemah pada perdagangan kemarin diliputi oleh ketidakpastian dalam beberapa hari terakhir. Hal ini ditandai dengan fluktuasi yang luas dan volatilitas yang meningkat.

Pada Kamis (27/1/2021) Indeks Dow Jones ditutup di 34.160,78, turun 0,02%. Kemudian indeks S&P 500 anjlok 0,54% menjadi 4.326,51 dan Nasdaq Composite merosot 1,40% menjadi 13.352,78.

"Ini adalah pasar yang skizofrenia. Ada orang yang percaya bahwa segala sesuatu yang negatif telah diabaikan dan ada orang lain yang percaya bahwa yang terburuk belum datang," kata Tim Ghriskey, ahli strategi portofolio senior di Ingalls & Snyder di New York.

"Ini adalah periode banyak ketidakpastian, sudah seperti ini sepanjang bulan," tambah Ghriskey.

Pasar bergerak mengikuti rilis pernyataan rapat komite pengambil kebijakan (FOMC) pada hari Rabu, yang siap meninggalkan era suku bunga nol.

Pada sesi tanya jawab berikutnya, Ketua the Fed Jerome Powell meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih banyak pada tahun ini dari yang diperkirakan sebelumnya, dimulai pada bulan Maret.

"Saya akan mengatakan bahwa komite berkeinginan untuk menaikkan suku bunga dana federal pada pertemuan Maret, dengan asumsi bahwa kondisinya sesuai untuk melakukannya," kata Ketua The Fed, Jerome Powell kepada wartawan seusai rapat FOMC, Rabu (26/1/2022) waktu setempat.

Di antara serentetan data ekonomi yang dirilis pada hari Kamis, rilis PDB kuartal IV-2021 menunjukkan ekonomi AS pada tahun 2021 tumbuh pada laju tercepat dalam hampir empat dekade.

Ketegangan geopolitik memanas, ketika Rusia terus membangun pasukan di sepanjang perbatasan Ukraina dan para sekutu menghindari konflik di wilayah tersebut.

Ada 145 perusahaan di S&P 500 telah melaporkan kinerja kuartal IV-2021. Dari jumlah tersebut, 79% telah memiliki kinerja di atas konsensus, menurut data Refinitiv. Walaupun terlihat baik, hasil ini dianggap masih kurang mampu mendorong Wall Street.

"Angka-angka dan terutama panduannya belum begitu menginspirasi dan itulah faktor yang membatasi kenaikan sejauh minggu ini," kata Chuck Carlson, chief executive officer di Horizon Investment Services di Hammond, Indiana.

IHSG berpotensi menguat terbatas pada perdagangan hari ini karena pasar tampaknya sudah mulai beralih ke laporan kinerja emiten 2021. Akan tetapi, masih ada beberapa sentimen yang cenderung negatif dan bisa menahan laju indeks.

Dari luar negeri, bursa AS kompak turun pada perdagangan kemarin karena tekanan jual yang masih tinggi. Hal ini bisa jadi salah satu pemberat bagi gerak IHSG pada perdagangan hari ini karena bursa AS adalah acuan dari pasar global.

Di lain sisi, ketegangan di perbatasan Ukraina yang kembali tereskalasi juga masih menjadi risiko bagi pasar. Konflik ini menciptakan ketidakpastian di pasar.

Rusia masih menempatkan lebih dari 100.000 pasukan di perbatasan Ukraina. Hal ini membuat negara-negara barat protes keras, karena menilai Rusia sedang bersiap untuk melakukan invasi di wilayah eks Uni Soviet tersebut. AS pun balas menggertak dengan menyiagakan 8.500 personel angkatan bersenjata untuk diterjunkan ke Eropa sewaktu-waktu.

Dari dalam negeri, musim rilis laporan keuangan untuk kinerja tahun 2021 dibuka manis setelah tiga bank besar Indonesia panen laba.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) berhasil membuat kinerja positif pada tahun buku 2021. Laba BBNI 2021 tercatat Rp 10,89 triliun atau tumbuh 232,32% yoy, naik 3 kali lipat dari laba pada 2020.

Kemudian, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan laba bersih senilai Rp 28,02 triliun sepanjang 2021. Angka ini mengalami kenaikan 66,83% secara tahunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 16,80 triliun.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kemarin juga melaporkan laba bersih sebesar Rp 31,4 triliun sepanjang 2021, tumbuh 15,8% year-on-year (YoY) dari laba bersih tahun 2020.

Sementara itu, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengumumkan ada tambahan 8.077 kasus konfirmasi positif pada Kamis (27/1/2021), tertinggi dalam lebih dari 4 bulan terakhir.

Akan tetapi, ada kabar gembira datang bagi ekonomi di tengah kasus Covid-19 yang kian menanjak. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan, pemerintah tak akan memberlakukan pembatasan ketat untuk wilayah DKI Jakarta saat ini. Hal ini menyusul naiknya kasus positif Covid-19 yang dipengaruhi varian baru Omicron.

"Jangan berlebih-lebihan, kita sudah antisipasi, dan lockdown Jakarta itu enggak kita lakukan," tutur Budi Gunadi dalam konferensi persnya, Kamis (27/1/2022).

Meskipun begitu, kenaikan status PPKM karena penyebaran Omicron yang terus melesat masih menjadi risiko tersendiri.

Jika status PPKM ditingkatkan, berakibat pada ekonomi yang menjadi lesu dan membuat ekspektasi kinerja keuangan emiten-emiten menjadi turun. Tentu saja hal ini menjadi sentimen negatif bagi pasar saham Indonesia.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

• Rilis Data Produksi Industrial Korea Selatan Desember 2021 (06.00 WIB).
• Rilis Data Produksi Manufaktur Korea Selatan Desember 2021 (06.00 WIB).
• Rilis Data GPD Perancis Kuartal IV-2021 (13.30 WIB).
• Rilis Data PCE Amerika Serikat Desember 2021 (20.30 WIB).

Berikut agenda korporasi yang akan berlangsung hari ini:

• RUPSLB PT Bank Multiarta Sentosa Tbk/MASB (09.00 WIB)
• IPO PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk/BAUT (09.00 WIB)
• Saham Bonus PT Batavia Prosperindo Finance Tbk/BPFI (14.00 WIB)
• RUPSLB PT Trimuda Nuansa Citra Tbk/TNCA (14.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular