
Luhut Beri Kode PPKM Jakarta Naik Level 3, Rupiah Balik Keok!

Selain perkembangan kasus Covid-19, perhatian pelaku pasar pekan ini juga tertuju pada rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed).
The Fed akan mengumumkan kebijakan moneternya pada Kamis (27/1) dini hari waktu Indonesia. Seperti diketahui, The Fed akan sangat agresif menormalisasi kebijakan moneternya. Dalam notula rapat kebijakan moneter edisi Desember yang dirilis awal bulan ini terungkap tidak hanya akan mengerek suku bunga sebanyak 3 kali di tahun ini, The Fed juga kemungkinan akan mengurangi nilai neracanya (balance sheet).
Bank investasi ternama, Goldman Sachs bahkan memprediksi Jerome Powell dan kolega bisa bertindak lebih agresif lagi.
Analis dari Goldman Sachs melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di tahun ini, bahkan tidak menutup kemungkinan lebih banyak lagi akibat tingginya inflasi di Amerika Serikat.
"Prediksi dasar kami The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di bulan Maret, Juni, September dan Desember. Tetapi Kami melihat risiko The Fed ingin menaikkan suku bunga di setiap pertemuan sampai proyeksi inflasi berubah," kata David Mericle, ekonom di Goldman Sachs kepana nasabahnya yang dikutip CNBC International, Minggu (23/1).
Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di Amerika Serikat saat ini berada di level 7% year-on-year (YoY) pada bulan Desember. Inflasi tersebut menjadi yang tertinggi sejak Juni 1982.
Agresivitas The Fed juga diperkirakan akan terjadi dalam pengurangan nilai neracanya. Goldman memprediksi The Fed akan mengurangi neracanya yang saat ini nyaris mencapai US$ 9 triliun sebesar US$ 100 miliar per bulan.
Pengurangan tersebut diperkirakan akan dimulai pada bulan Juli dan akan berlangsung selama dua hingga dua setengah tahun, yang membuat neraca The Fed nantinya senilai US$ 6.1 triliun hingga 6.6 triliun.
Pengurangan nilai neraca artinya The Fed akan melepas kepemilikan obligasinya (Treasury), sehingga likuiditas akan terserap. Hal ini tentunya akan membuat dolar AS perkasa dan memberikan tekanan ke rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
