Luhut Beri Kode PPKM Jakarta Naik Level 3, Rupiah Balik Keok!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 January 2022 15:13
Ilustrasi Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat tajam melawan rupiah pada pembukaan perdagangan Senin (24/1), sayangnya gagak dipertahankan dan berbalik melemah. Status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jakarta yang kemungkinan naik menjadi level 3 memberikan tekanan bagi rupiah.

Begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,24% ke Rp 14.300/US$. Sayanganya level tersebut menjadi yang terkuat pada hari ini. Rupiah perlahan-lahan memangkas penguatan hingga berbalik melemah.

Di penutupan perdagangan pasar spot rupiah berada di level Rp 14.340/US$, melemah 0,03% melansir data Refinitiv.

Meski melemah, rupiah menjadi mata uang terbaik ketiga di Asia. Hingga pukul 15:00 WIB, rupiah hanya kalah dari yuan China dan dolar Taiwan yang mampu menguat. 

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia. 

idr

Kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia terus menunjukkan kenaikan, terutama disebabkan varian Omicron.

Kemarin, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan penambahan kasus sebanyak 2.925 orang, setelah sehari sebelumnya bertambah sebanyak 3.205 orang. Penambahan tersebut menjadi yang terbanyak sejak 18 September lalu.

Memang penambahan kasus mengalami penurunan, tetapi masih cukup tinggi dan dalam tren menanjak. Ada kekhawatiran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) bakal diketatkan jika kasus terus menanjak.

Pemerintah telah melakukan evaluasi secara menyeluruh pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa - Bali dan luar Jawa - Bali.

Berdasarkan hasil penilaian dalam satu minggu terakhir, wilayah DKI Jakarta yang dalam sepekan terakhir menyandang status PPKM level 2 dipastikan akan mengalami perubahan level.

"Teater perang pandemic yang terjadi di Jakarta menyebabkan asesmen situasi provinsi [DKI Jakarta] tersebut bisa mungkin berubah," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Senin (24/1/2022).

Luhut tidak menyebut secara rinci apakah level PPKM DKI Jakarta akan naik menjadi level 3, atau turun menjadi level 1. Tetapi melihat kenaikan kasus Covid-19, maka kemungkinan besar akan naik level 3.

"Rincian level PPKM dapat dilihat di Inmendagri yang terbit hari ini," kata Luhut.

Hal ini tentunya berisiko menghambat pemulihan ekonomi, yang memberikan sentimen negatif ke rupiah.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pelaku Pasar Fokus ke Pengumuman Kebijakan Moneter The Fed

Selain perkembangan kasus Covid-19, perhatian pelaku pasar pekan ini juga tertuju pada rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed).

The Fed akan mengumumkan kebijakan moneternya pada Kamis (27/1) dini hari waktu Indonesia. Seperti diketahui, The Fed akan sangat agresif menormalisasi kebijakan moneternya. Dalam notula rapat kebijakan moneter edisi Desember yang dirilis awal bulan ini terungkap tidak hanya akan mengerek suku bunga sebanyak 3 kali di tahun ini, The Fed juga kemungkinan akan mengurangi nilai neracanya (balance sheet).

Bank investasi ternama, Goldman Sachs bahkan memprediksi Jerome Powell dan kolega bisa bertindak lebih agresif lagi.

Analis dari Goldman Sachs melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di tahun ini, bahkan tidak menutup kemungkinan lebih banyak lagi akibat tingginya inflasi di Amerika Serikat.

"Prediksi dasar kami The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di bulan Maret, Juni, September dan Desember. Tetapi Kami melihat risiko The Fed ingin menaikkan suku bunga di setiap pertemuan sampai proyeksi inflasi berubah," kata David Mericle, ekonom di Goldman Sachs kepana nasabahnya yang dikutip CNBC International, Minggu (23/1).

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di Amerika Serikat saat ini berada di level 7% year-on-year (YoY) pada bulan Desember. Inflasi tersebut menjadi yang tertinggi sejak Juni 1982.

Agresivitas The Fed juga diperkirakan akan terjadi dalam pengurangan nilai neracanya. Goldman memprediksi The Fed akan mengurangi neracanya yang saat ini nyaris mencapai US$ 9 triliun sebesar US$ 100 miliar per bulan.

Pengurangan tersebut diperkirakan akan dimulai pada bulan Juli dan akan berlangsung selama dua hingga dua setengah tahun, yang membuat neraca The Fed nantinya senilai US$ 6.1 triliun hingga 6.6 triliun.

Pengurangan nilai neraca artinya The Fed akan melepas kepemilikan obligasinya (Treasury), sehingga likuiditas akan terserap. Hal ini tentunya akan membuat dolar AS perkasa dan memberikan tekanan ke rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular