Gawat! Brasil Terancam Resesi Lagi, RI Aman?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Senin, 24/01/2022 12:22 WIB
Foto: Presiden Brasil Jair Bolsonaro (REUTERS/Ricardo Moraes)

Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun ekonomi global diperkirakan akan pulih lebih dari 4% tahun depan, termasuk negara-negara di kawasan Amerika Latin, namun banyak ekonom memperkirakan Brasil - yang merupakan ekonomi terbesar kawasan tersebut - akan tetap terjebak dalam resesi selama tahun 2022.

Salah satunya adalah karena Brasil masih bergulat dengan tingginya tingkat inflasi.

Kondisi ini terjadi jelang pemilihan presiden Oktober mendatang, dengan kecemasan atas pemungutan suara dan kenaikan suku bunga yang tajam akan mengganggu pertumbuhan, ungkap hasil jajak pendapat Reuters.


Aktivitas ekonomi turun kembali ke wilayah negatif pada tahun 2021 setelah pemulihan dari kemerosotan akibat pandemi virus corona, didorong juga oleh campuran kasar dari inflasi tinggi dan pengangguran yang tetap menjadi ancaman.

Penyebaran COVID-19 varian Omicron juga menjadi beban tambahan. Di bawah kecaman karena penanganannya terhadap krisis kesehatan dan ekonomi, Presiden Jair Bolsonaro tertinggal di belakang mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dalam polling terbaru.

Survei yang dilakukan tanggal 10-14 Januari menunjukkan pertumbuhan GDP (produk domestik bruto) Brasil tahun ini diperkirakan sangat kecil, dan lebih parahnya lagi ada tanda-tanda proyeksi tersebut dapat diturunkan menjadi kontraksi yang lebih dalam.

PDB diperkirakan hanya meningkat 0,7% pada tahun 2022, menurut perkiraan median dari 36 ekonom yang disurvei. Ini akan jauh lebih lambat daripada konsensus 5,0% untuk tahun 2021 berdasarkan proyeksi survei Oktober tahun lalu.

"Kebijakan moneter yang ketat dan kombinasi risiko fiskal dan politik di tahun pemilu akan berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan yang signifikan pada 2022," kata Roberto Secemski, ekonom Barclays, yang memperkirakan pertumbuhan hanya 0,3% tahun ini.

Bank asal Inggris tersebut memperkirakan investasi akan turun 4,3% pada 2022, pembalikan keras dari kenaikan 14,0% tahun lalu, dengan perusahaan menahan diri sampai hasil pemungutan suara menjadi lebih jelas. Pengeluaran rumah tangga diprediksi hanya akan naik 0,8% dibandingkan dengan 3,9% pada tahun 2021.

Angka pertumbuhan resmi untuk tahun penuh 2021 akan diterbitkan pada bulan Maret. Pertumbuhan 0,7% yang diharapkan tahun ini juga jauh di bawah tingkat perkiraan konsensus 1,6% untuk 2022 dalam jajak pendapat Oktober silam akibat lebih banyak pesimisme muncul.

Resesi Brasil di Depan Mata?

Ekspektasi untuk resesi semakin meningkat. Citi dan Morgan Stanley memangkas perkiraan 2022 mereka minggu lalu, sementara J.P. Morgan telah melakukannya awal bulan ini. Termasuk revisi ketiganya, total enam ekonom memprediksi kontraksi yang semula dalam jajak pendapat terakhir tidak muncul.

Inflasi diproyeksikan berada di angka 5,8% untuk 2022, sekali lagi melanggar batas atas target resmi 5,0%. Kenaikan harga konsumen melonjak ke level tertinggi dalam enam tahun (lebih dari 10% pada tahun 2021), meskipun siklus pengetatan kebijakan yang agresif diperkirakan akan membawa suku bunga naik hingga 11,75% tahun ini.

Indonesia Aman?

Meskipun memiliki profil ekonomi yang mirip dengan Brasil - emerging market dengan jumlah penduduk dan PDB yang nyaris serupa- kondisi fiskal dan moneter RI saat ini jauh berbeda dengan yang dialami oleh Brasil.

Mulai dari inflasi yang masih di bawah 2%, suku bunga juga masih di tahan di angka 3,5% serta penanganan pandemi yang jauh lebih baik, setidaknya terlihat dari angka kasus penularan dan jumlah kematian, RI sepertinya tidak akan mengalami nasib yang sama dengan Brasil.

Bank Indonesia dan beberapa lembaga internasional lainnya seperti IMF, OECD dan Bank Dunia bahkan sepakat memperkirakan ekonomi RI dapat tumbuh di atas 5% tahun ini.


(fsd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sambut Akhir Pekan, IHSG Ditutup Menguat ke Level 7.537