Harga Tembaga Makin Membumi, The Fed Jadi Biang Keladi

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
19 January 2022 14:15
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga terpantau melemah seiring dengan penguatan dolar. Investor pun cenderung menunggu dan melihat situasi pasar sebelum pertemuan The Fed minggu depan.

Kemarin harga tembaga dunia ditutup di US$ 9.676/ton. Melemah 0,57% dibandingkan harga penutupan hari sebelumnya.

Indeks dolar AS terus menanjak meninggalkan posisi terendah sejak November tahun lalu di US$ 95,11. Saat ini nilai tukar Paman Sam itu berada di level US$ 95,66. Tembaga yang diperdagangkan dengan dolar akan tertekan karena jadi lebih mahal dibanding mata uang lain. Permintaan akan turun, begitu juga dengan harga.

Saat ini perhatian investor tertuju pada pertemuan Federal Reserve (The Fed) minggu depan untuk mendapatkan sinyal mengenai jadwal kenaikan suku bunga. Para investor menanti sinyal kenaikan suku bunga saat pertemuan yang diagendakan pada 25-26 Januari mendatang.

Beberapa pembuat kebijakan The Fed mulai memberi kode kapan era suku bunga 0% akan ditinggalkan. Gubernur Fed Lael Brainard, pada hari Kamis, memberi sinyal era suku bunga nol akan segera berakhir setelah dua tahun terguncang pandemi.

"Kami akan berada dalam posisi untuk melakukan itu (menaikkan suku bunga) segera setelah pembelian kami dihentikan," katanya.

"Perkiraan saya adalah bahwa kami akan memiliki kenaikan 25 basis poin pada bulan Maret kecuali ada perubahan dalam data," kata Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker pada acara virtual yang diselenggarakan oleh Philadelphia Business Journal pada hari Kamis.

"Mengangkat (suku bunga) pada bulan Maret, tampaknya hal yang cukup masuk akal," kata Presiden Fed San Francisco Mary Daly.

Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, Presiden Fed St. Louis James Bullard dan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester juga meyakini kenaikan suku bunga pada bulan Maret.

Sejalan dengan kode tersebut, pasar pun mengharapkan suku bunga akan naik bulan Maret. Hingga pekan lalu survei CME FedWatch ekspektasi pasar bahwa The Fed akan mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 0,25-0,5% pada Maret mencapai 83,1%.

Kenaikan suku bunga lebih awal dapat memangkas likuiditas di pasar keuangan dan memperlambat pemulihan di ekonomi negara terbesar dunia itu.

"Jika bank sentral mengetatkan itu bukan pertanda baik untuk komoditas, karena likuiditas adalah sumber kehidupan aset berisiko," kata analis independen Robin Bhar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor dari Chile Terbang, Harga Tembaga Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular