Nikel Diramal Bakal ke US$ 25.000/ton, Kok Bisa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel dunia terus menanjak dan berada di level tertinggi sejak 2011. Defisit pasokan dan permintaan dari kendaraan listrik jadi penopang laju nikel.
Akhir pekan lalu harga nikel tercatat US$ 22.225/ton, naik 0,22% dibandingkan dengan harga penutupan hari sebelumnya.
Nikel saat ini banyak digunakan untuk membuat baja tahan karat (stainless steel). Sedangkan baterai kendaraan listrik menyumbang 5% dari permintaan dan diperkirakan bisa meningkat menjadi 30% pada tahun 2040, kata analis WisdomTree Nitesh Shah.
"Ada kesadaran luas betapa pentingnya nikel dalam transisi energi. Sangat sulit untuk melihat bagaimana pasokan nikel kelas 1 (digunakan untuk baterai) dapat memenuhi permintaan," katanya.
"Kami sangat bullish. US$25.000 bukanlah hal yang akan berhenti. Kami (perkirakan) bisa naik jauh lebih tinggi dari itu selama dekade berikutnya," tambahnya.
Di sisi persediaan, inventaris nikel berdasarkan waran di gudang yang terdaftar di bursa logam London (LME) telah turun menjadi 44.832 ton. Jumlah ini terendah sejak 2019 dan turun lebih dari jumlah persediaan 200.000 ton pada bulan April 2021.
Sementara itu, persediaan di gudang bursa berjangka Shanghai (ShFE) mendekati rekor terendah di 4.711 ton.
Fitch Solution menyebut pasar nikel pada tahun ini diperkirakan masih mengalami defisit, namun lebih rendah dari tahun lalu. Besarannya adalah defisit 274.000 ton. Saat terjadi defisit pasokan, harga nikel akan menguat.
(ras/vap)