Investor Tarik Untung, Tembaga Lengser ke Bawah US$10.000/Ton

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
13 January 2022 15:25
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia kembali menyentuh level US$ 10.000/ton kemarin sejak Oktober 2021. Namun, aksi ambil untung investor hari ini membuat harga terkoreksi.

Pada Kamis (13/1/2021) pukul 12:50 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.929/ton, anjlok 1,34% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Tingginya harga tembaga didorong oleh persediaan yang menipis dan pernyataan Powell yang mendorong dolar jatuh ke level terendah sejak November.

Persediaan tembaga di gudang bursa logam London (LME) pada 12 Januari 2021 tercatat 83.850 ton. Jumlah ini turun sudah turun 67,1% dibandingkan persediaan tertinggi dalam setahun pada bulan Agustus 2021..

Sementara itu, indeks dolar AS longsor ke posisi terendah sejak dua bulan lalu. Siang ini, dolar berada di level US$ 94,98. Dolar yang melemah membuat tembaga yang diperdagangkan dengan greenback jadi lebih murah ketimbang mata uang lainnya.

Dolar yang longsor merespon testimoni ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell di hadapan Senat, yang kalem atau tidak lebihhawkishdari rilis notula rapat kebijakan moneter pekan lalu.

Powell mengatakan perekonomian AS kini sudah kuat menahan kenaikan suku bunga maupun lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (COVID-19) varian Omicron.

"Inflasi saat ini jauh lebih tinggi dari target. Perekonomian tidak lagi memerlukan kebijakan moneter akomodatif yang kami terapkan saat ini," kata Powell dalam testimoninya, sebagaimana dilansirReuters, Selasa (11/1).

Pasar sebelumnya memperkirakan Powell bisa lebih hawkish dari notula rapat kebijakan moneter yang dirilis pekan lalu. Dalam notula tersebut terungkap beberapa pejabat The Fed melihat nilai neraca (balance sheet) bisa segera dikurangi setelah suku bunga dinaikkan.

Pernyataan Powell memberi napas lebih panjang bagi logam karena kebijakan moneter yang ketat masih harus menempuh jalan panjang. Kebijakan yang ketat menjadi musuh bagi komoditas karena bisa mengurangi likuiditas pasar yang menjadi sumber pendorong permintaan logam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor dari Chile Terbang, Harga Tembaga Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular