Ledakan Komoditas Makin Jadi, Harga Karet dan Kopi Terbang

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
13 January 2022 08:23
Ilustrasi Kopi. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Kopi. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Efek domino pandemi Covid-19 beruntun pada lonjakan harga komoditas. Pasalnya, pandemi menyebabkan pengetatan pembatasan kegiatan ekonomi, bahkan lockdown di sejumlah negara.

Akibatnya, kegiatan panen dan produksi komoditas terganggu hingga memicu menyusutnya stok. Dan, saat kasus Covid-19 melandai, disertai percepatan perluasan vaksinasi, kegiatan ekonomi kembali menggeliat. Mendorong kembali naiknya permintaan global.


Minyak sawit mentah (CPO), kedelai, tembaga, karet, hingga kopi cetak kenaikan harga.

Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Azis Pane mengatakan, saat ini petani karet menikmati harga yang lebih baik dibandingkan sebelum pandemi.

"Sebelum pandemi, petani karet kita tidak tertolong. Tapi, sekarang karena Covid-19, produksi terganggu karena petani tidak bisa melakukan penyadapan. Pada saat bersamaan, ketika sudah tidak lagi lockdown, permintaan naik, sejumlah negara produsen alami gangguan cuaca. Akibatnya, produksi karetnya terganggu," kata Aziz kepada CNBC Indonesia, Rabu (12/1).

Senada, Ketua Umum Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Irfan Anwar mengatakan, harga kopi di tingkat petani saat ini naik.

"Harga lagi naik. Harga dalam negeri untuk Robusta naik jadi Rp25.000 per kg, sementara Arabika naik Rp85.000 per kg. Harga internasional untuk Arabika bahkan naik US$2.000 per tonnya jadi US$7.000 per ton dibanding 6 bulan lalu masih sekitar US$5.000 per ton, kata Irfan.

Sedangkan, harga Robusta internasional naik dari US$2.500 menjadi US$2.900 per ton dalam selang 6 bulan.

Ilustrasi Kopi. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)Foto: Ilustrasi Kopi. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Kopi. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)


"Produksi dalam negeri kemungkinan akan turun sedikit karena hujan terus. Tapi, nggak banyak. Kalau tahun lalu sekitar 700 ribu ton, mungkin tahun ini jadi sekitar 600 ribu. Di luar negeri juga ada gangguan cuaca di negara-negara produsen," kata Irfan

Menurut Irfan, gangguan cuaca akan mendorong harga kopi bergerak naik hingga Mei 2022.

"Sementara demand tidak turun. Meski ada pandemi, konsumsi kopi tetap. Jadi, harga bagus. Ini tentu bikin petani kita sejahtera devisa juga bagus," kata Irfan.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pabrik Kopi-Ciki Krisis Bahan Baku Gula Rafinasi, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular