Saham 'Nyungsep', Analis: ANTM Ga Kenapa-kenapa, Kok!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
13 January 2022 14:25
nikel

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten tambang BUMN PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) alias ANTM masih tertekan di awal tahun ini. Kendati begitu, analis memprediksi bahwa prospek saham ANTM masih cerah ke depan.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham ANTM baru dua kali menguat selama 2022, yakni pada Senin pekan lalu (3/1) dan Kamis ini (13/1), dengan masing-masing kenaikan 4,00% dan 1,81%.

Sisanya, saham ANTM terbenam di zona merah selama 6 hari dan sekali ditutup stagnan.

Tak pelak, kondisi itu membuat saham ANTM sudah turun 11,66% dalam sepekan atau 12,44% sejak awal tahun atau yearto date (ytd).

Di tengah tren penurunan belakangan ini, investor asing beramai-ramai melego saham emiten tambang nikel dan emas tersebut dengan nilai jual bersih Rp 13,07 miliar di pasar reguler per hari ini. Adapun sejak hari pertama di 2022, asing sudah melakukan jual bersih Rp 134,09 miliar di pasar reguler.

Padahal, harga nikel dunia sedang melambung tinggi. Kemarin, harga kontrak berjangka nikel dunia cetak rekor tertinggi sejak 2012.

Menurut data Investing, harga nikel per Rabu (12/1), berada di US$ 22.021,50/ton atau naik 1,04% dibandingkan hari sebelumnya.

Harga nikel mencapai level tertinggi sejak 7 Februari 2012 di US$ 21.714/ton karena berkurangnya persediaan global yang menunjukkan permintaan yang solid.

Namun, memang, ada satu kabar kurang yang menggembirakan untuk saham ANTM di awal Tahun Macan Air ini.

Kabar tersebut adalah soal kandasnya rencana Indonesia Battery Corporation (IBC) melakukan akuisisi perusahaan pabrik kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Jerman yakni StreetScooter. Sebagai informasi, IBC merupakan perusahaan patungan dari sejumlah BUMN, yakni Mind ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero) dan Antam.

Lantas, bagaimana prospek saham ANTM ke depan?

Dalam risetnya, analis RHB Sekuritas Indonesia Ryan Santoso pada 22 November 2021 masih menyarankan beli (buy) saham ANTM dengan target price (TP) Rp 3.450/saham atau 75,13% dari harga saat ini (Rp 1.970/saham).

"Kami percaya dukungan yang stabil akan tetap ada untuk bisnis utama ke depan dari peningkatan nikel yang stabil dan harga jual emas - setidaknya untuk jangka menengah," jelas Ryan dalam risetnya, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (13/1/2022).

Lebih lanjut, kata Ryan, pencapaian operasional Antam yang sehat juga telah memberikan hal yang positif. Ini seiring perusahaan berhasil mempertahankan tren pemulihannya setelah mengurangi risiko akibat pandemi Covid-19.

Adapun RHB Sekuritas juga memberi catatan soal risiko downside dari analisis tersebut.

Pertama, soal naiknya biaya bahan bakar yang membahayakan margin. Kedua, fluktuasi mata uang asing; dan ketiga, penurunan permintaan logam utama yang yang bisa menurunkan kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP).

Ryan juga menyoroti dua lini bisnis utama Antam, emas dan nikel.

Untuk emas, prospek positif emas kemungkinan akan berlanjut, mengingat permintaan yang kuat untuk emas batangan, terutama dari pasar tradisional seperti China dan India.

Hal tersebut juga seiring adanya inflasi yang semakin memanas secara global dan membuat investor berusaha mencegah risiko investasi dengan beralih ke emas.

Ryan menyebut, bisnis emas ANTM pun sedang dalam 'mode optimis'. Pencapaian penjualan emas per 9 bulan pertama 2021 sebesar 81% dari target setahun penuh RHB; atau sekitar 639,000 oz (naik 34% secara tahunan/YoY).

"Sembari mencetak margin operasional yang relatif sehat untuk segmen sejauh ini (9M21: sekitar 5%) - juga masih sejalan dengan pencapaian masa lalunya (rata-rata 5 tahun, hanya margin positif)," jelas Ryan.

Kontribusi penjualan emas pun, imbuh Ryan, mencapai 68% terhadap topline alias pendapatan ANTM secara keseluruhan.

Kemudian untuk nikel, harga nikel yang terus-menerus meninggi diprediksi akan bertahan untuk jangka panjang.

Lanjutkan membaca di halaman berikutnya >>>

Kendati, kata Ryan, ada kekhawatiran saat ini soal memudarnya output baja tahan karat (misalnya, penjatahan daya China yang sedang berlangsung untuk sektor industrinya) dan nilai dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari ekspektasi juga turut menyebabkan kegelisahan investor.

Di sisi lain, faktor pendorong terkait percepatan adopsi baterai kendaraan listrik berkat kebijakan yang lebih ketat terhadap pemanasan global di seluruh dunia turut menjaga sentimen positif bagi nikel di tengah pasokan yang sangat rendah saat ini.

Sekadar gambaran, persediaan nikel di gudang bursa logam London (LME) turun di bawah level 100.000 ton. Pada 10 Januari 2022 persediaan tercatat 99.954 ton. Jumlah ini turun 62,23% ptp dari persediaan tertinggi tahun lalu.

Sebagaimana diketahui nikel adalah salah satu komponen penting baterai kendaraan listrik.

RHB Sekuritas mencatat ada tiga keunggulan jangka panjang bagi Antam.

Pertama, soal balance sheet (neraca keuangan) yang dikelola baik (net gearing per September 2021 sebesar 0,01 kali vs 2020 sebesar 0,20 kali).

Kedua, bertambahnya kontribusi baru bagi pendapatan perusahaan dari penambahan kapasitas output Fe-Ni (ferronickel)--menjadi sekitar 41.000 ton/tahun dari 25.000 ton/tahun saat ini.

Ketiga, proyek Fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk kandungan bijih nikel yang rendah (ditargetkan pada 2024).

"Upaya manajemen yang berkelanjutan untuk meningkatkan kontribusi dari logam lain (misalnya bauksit dan alumina) juga akan meningkatkan profitabilitas, dalam pandangan kami," jelas Ryan.

Adapun risiko jangka pendek terhadap analisis di atas adalah terkait masalah ESG (Environmental, Social, dan Governance), mulai dari emisi tinggi dari peningkatan konsumsi bahan bakar fosil hingga eksploitasi lingkungan.

Rekomendasi Beli dan Bobot Overweight buat Nikel RI

Mirip dengan rekomendasi RHB Sekuritas, NH Korindo Sekuritas Indonesia dalam riset pada 30 November 2021 juga menyarankan beli alias buy saham ANTM dengan target price Rp 2.860/saham atau 45,18% dari harga saat ini.

Khusus nikel, NH Korindo menjelaskan, smelter feronikel (FeNi) berkapasitas di Halmahera Timur (Haltim), Maluku Utara, bisa mendongkrak produksi tahunan hingga 40.500 ton nikel.

Menurut pemberitaan CNBC Indonesia, pada 24 Desember 2021, smelter tersebut ditargetkan dapat beroperasi pada tahun ini.

"Kami yakin hal tersebut akan membawa nilai ekonomi yang signifikan bagi segmen nikel ANTM," jelas NH Korindo.

NH Korindo juga menggarisbawahi sejumlah sentimen bagi ANTM pada tahun ini, mulai dari harga emas yang stabil di sepanjang 2022, volatilitas pasar dari tapering (pengurangan pembelian aset) oleh bank sentral AS/Federal Reserve (The Fed), hingga pengembangan kendaraan listrik yang akan meningkatkan nilai produk nikel.

Selain riset kedua sekuritas tersebut, riset industri nikel dari Henan Putihrai Sekuritas yang terbit pada Senin (10/1) juga memberikan bobot positif overweight untuk sektor tambang nikel Indonesia.

Overweight berarti saham yang direkomendasi diperkirakan akan mengalami kenaikan yang bisa melebihi saham lain yang menjadi patokannya.

"Kami menginisiasi sektor pertambangan nikel Indonesia dengan peringkat overweight, mengingat kenaikan harga 89% menjadi US$ 20.587/ton dari level terendah US$ 10.880/ton pada Maret 2020. Lonjakan harga [nikel] adalah berkat persediaan yang rendah di Gudang LME, mengikuti permintaan yang lebih tinggi dari industri EV [electric vehicle/kendaraan listrik]," jelas Henan Putihrai Sekuritas dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular