
Saham 'Nyungsep', Analis: ANTM Ga Kenapa-kenapa, Kok!

Kendati, kata Ryan, ada kekhawatiran saat ini soal memudarnya output baja tahan karat (misalnya, penjatahan daya China yang sedang berlangsung untuk sektor industrinya) dan nilai dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari ekspektasi juga turut menyebabkan kegelisahan investor.
Di sisi lain, faktor pendorong terkait percepatan adopsi baterai kendaraan listrik berkat kebijakan yang lebih ketat terhadap pemanasan global di seluruh dunia turut menjaga sentimen positif bagi nikel di tengah pasokan yang sangat rendah saat ini.
Sekadar gambaran, persediaan nikel di gudang bursa logam London (LME) turun di bawah level 100.000 ton. Pada 10 Januari 2022 persediaan tercatat 99.954 ton. Jumlah ini turun 62,23% ptp dari persediaan tertinggi tahun lalu.
Sebagaimana diketahui nikel adalah salah satu komponen penting baterai kendaraan listrik.
RHB Sekuritas mencatat ada tiga keunggulan jangka panjang bagi Antam.
Pertama, soal balance sheet (neraca keuangan) yang dikelola baik (net gearing per September 2021 sebesar 0,01 kali vs 2020 sebesar 0,20 kali).
Kedua, bertambahnya kontribusi baru bagi pendapatan perusahaan dari penambahan kapasitas output Fe-Ni (ferronickel)--menjadi sekitar 41.000 ton/tahun dari 25.000 ton/tahun saat ini.
Ketiga, proyek Fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk kandungan bijih nikel yang rendah (ditargetkan pada 2024).
"Upaya manajemen yang berkelanjutan untuk meningkatkan kontribusi dari logam lain (misalnya bauksit dan alumina) juga akan meningkatkan profitabilitas, dalam pandangan kami," jelas Ryan.
Adapun risiko jangka pendek terhadap analisis di atas adalah terkait masalah ESG (Environmental, Social, dan Governance), mulai dari emisi tinggi dari peningkatan konsumsi bahan bakar fosil hingga eksploitasi lingkungan.
Rekomendasi Beli dan Bobot Overweight buat Nikel RI
Mirip dengan rekomendasi RHB Sekuritas, NH Korindo Sekuritas Indonesia dalam riset pada 30 November 2021 juga menyarankan beli alias buy saham ANTM dengan target price Rp 2.860/saham atau 45,18% dari harga saat ini.
Khusus nikel, NH Korindo menjelaskan, smelter feronikel (FeNi) berkapasitas di Halmahera Timur (Haltim), Maluku Utara, bisa mendongkrak produksi tahunan hingga 40.500 ton nikel.
Menurut pemberitaan CNBC Indonesia, pada 24 Desember 2021, smelter tersebut ditargetkan dapat beroperasi pada tahun ini.
"Kami yakin hal tersebut akan membawa nilai ekonomi yang signifikan bagi segmen nikel ANTM," jelas NH Korindo.
NH Korindo juga menggarisbawahi sejumlah sentimen bagi ANTM pada tahun ini, mulai dari harga emas yang stabil di sepanjang 2022, volatilitas pasar dari tapering (pengurangan pembelian aset) oleh bank sentral AS/Federal Reserve (The Fed), hingga pengembangan kendaraan listrik yang akan meningkatkan nilai produk nikel.
Selain riset kedua sekuritas tersebut, riset industri nikel dari Henan Putihrai Sekuritas yang terbit pada Senin (10/1) juga memberikan bobot positif overweight untuk sektor tambang nikel Indonesia.
Overweight berarti saham yang direkomendasi diperkirakan akan mengalami kenaikan yang bisa melebihi saham lain yang menjadi patokannya.
"Kami menginisiasi sektor pertambangan nikel Indonesia dengan peringkat overweight, mengingat kenaikan harga 89% menjadi US$ 20.587/ton dari level terendah US$ 10.880/ton pada Maret 2020. Lonjakan harga [nikel] adalah berkat persediaan yang rendah di Gudang LME, mengikuti permintaan yang lebih tinggi dari industri EV [electric vehicle/kendaraan listrik]," jelas Henan Putihrai Sekuritas dalam risetnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf)[Gambas:Video CNBC]