
Gencar Ekspansi, BUKA Mau Jadi Perusahaan Investasi?

Setiap tahun sejak 2014, lebih dari setengah laba operasional Amazon berasal dari divisi ritel komputasi awan (cloud), Amazon Web Services (AWS), yang menyediakan layanan dan prasarana online yang dapat disatukan oleh pengembang perangkat lunak untuk menjalankan situs web dan aplikasi.
Bukan hanya dari segi persentase, dalam hal dolar absolut, bisnis digital ini lebih mengesankan lagi. AWS mengakhiri tahun 2020 dengan laba operasional US$ 13 miliar, yang membantu Amazon melaporkan total laba bersih sebesar US$ 21 miliar untuk tahun tersebut.
Tidak mengherankan Amazon memilih kepala AWS selama 15 tahun, Andy Jassy, sebagai CEO baru ketika Jeff Bezos mengundurkan diri lebih awal tahun lalu.
Dari persaingan lokal, induk usaha Shopee memiliki unit bisnis yang memberikan kontribusi keuntungan sehingga mampu menekan (offset) kerugian dari unit bisnis e-commerce.
Garena yang merupakan anak usaha Sea Ltd yang bererak di segmen digital entertainment menjadi satu-satunya unit usaha yang mampu mencatatkan kinerja positif.
Pengembang gim seluler Free Fire tersebut mampu meningkatkan pendapatan menjadi US$ 1,2 miliar pada kuartal kedua tahun lalu, naik 29,2% secara tahunan. Hal ini terjadi karena jumlah pengguna yang berbayar meningkat 42,7% secara tahunan menjadi 92,3 juta akun. Alhasil EBITDA yang disesuaikan dalam tiga bulan dari Juli hingga September tahun ini mampu mencapai US$ 715,1 miliar atau meningkat 22,3% dari periode yang sama tahun lalu.
Manajemen Sea menyatakan kesuksesan di segmen tersebut dikarenakan Free Fire terus menjadi game seluler terlaris di Asia Tenggara, Amerika Latin, dan India untuk kuartal ketiga tahun 2021 mengutip data App Annie.
AWS sering kali dianggap sebagai 'sapi perah' Amazon untuk melakukan penetrasi bisnis e-commerce, sehingga mampu menawarkan harga kompetitif dengan margin yang relatif kecil. Kontribusi kecil e-commerce, pada akhirnya dibantu oleh kinerja fantastis segmen komputasi awan, mampu memuaskan pada pemegang saham Amazon.
Senada dengan Amazon, kerugian Sea Ltd pun demikian, perang berdarah-darah yang masih berlangsung di sektor e-commerce Tanah Air dan ASEAN secara luas, membuat perusahaan mengalami kerugian fantastis. Sea Group berusaha meredam dengan catatan positif dari unit bisnis gim milik mereka.
Bukalapak yang masih baru melantai sebagai perusahaan publik, memang belum diketahui memiliki 'sapi perah' yang bisa membantu perusahaan menyeimbangkan neraca laba rugi perusahaan. Akan tetapi, BUKA yang terlihat mulai mengambil ancang-ancang untuk melakukan akuisisi dan mungkin ikut mengembangkan lengan baru yang berfokus pada investasi bisa jadi membangun unit bisnis baru yang kelak bisa jadi 'sapi perah' perusahaan.
Dihubungi CNBC Indonesia pihak Bukalapak tidak mengkonfirmasi atau membantah terkait potensi pengembangan lengan investasi perusahaan.
Head of Media & Communications BUKA, Fairuza Ahmad, kepada CNBC Indonesia secara diplomatis mengatakan bahwa "pada dasarnya Bukalapak akan terus berinovasi untuk mengembangkan ekosistemnya melalui berbagai strategi."
"Kami selalu mengeksplorasi peluang di sektor-sektor yang dapat mendukung upaya Bukalapak melengkapi layanannya untuk seluruh penggunanya," tambah pria lulusan Curtin University of Technology tersebut.
(fsd/fsd)