
Siap Cuan! 7 Kabar Ini Patut Disimak Sebelum Transaksi

5.Wah! Orang Terkaya ke-18 Ini Kembali Borong Saham Batu Bara
Pemilik sekaligus Direktur Utama emiten batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN), Low Tuck Kwong menambah kepemilikannya di perusahaan tersebut sebesar 0,01% menjadi 55,21% dari sebelumnya 55,20%.
Adapun transaksi pembelian saham ini dilakukan pada periode 3-7 Januari 2022 dengan nilai pembelian mencapai Rp 8,75 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan, Low Tuck Kwong membeli 331.700 saham BYAN di harga Rp 26.383,12/saham. Tujuan pembelian ini adalah untuk investasi dengan status kepemilikan langsung olehnya.
Low memang tercatat rajin membeli saham BYAN. Sebagai gambaran, pada akhir 2020, kepemilikan Low di BYAN sebesar 54,03%. Semenjak itu, jumlah saham Low bertambah sebesar 1,18% hingga saat ini.
6.Listing Perdana, Saham Emiten Panel Surya Langsung ARA
Perusahaan produsen panel listrik, PT Semacom Integrated Tbk (SEMA) hari ini mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia, Senin 10 Januari 2022.
Perseroan menjadi emiten ke-2 yang tercatat di BEI pada tahun 2022 dan dicatatkan di papan pengembangan. Perseroan menawarkan sebanyak 347.000.000 saham baru atau setara dengan 25,76% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum dengan harga penawaran Rp 180 per saham.
Saat debut perdana, saham SEMA terpantau menguat 34,44% ke level Rp 242 per saham setelah ditransaksikan sebanyak 941 kali dengan volume 7,03 juta saham. Saat ini nilai kapitalisasi pasar SEMA di BEI sebesar Rp 325,97 miliar.
Dari IPO ini, perusahaan akan mendapatkan dana senilai Rp 62,46 miliar. Secara bersamaan perusahaan juga menerbitkan 173.500.000 Waran Seri I dengan harga Rp 230 per saham.
7.Harga Teoritis Terbit, BBHI Masih Undervalue Dibanding ARTO
Emiten bank digital yang dimiliki pengusaha nasional Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) berencana menambah modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Perusahaan berencana menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 10,04 miliar saham atau setara 46,24% dari modal disetor perusahaan dengan harga pelaksanaan Rp 478 per saham. Artinya, Allo Bank berpotensi meraih dana rights issue senilai Rp 4,80 triliun.
Menurut Laporan Keuangan BBHI kuartal III-2021, jumlah ekuitas perusahaan terkini mencapai Rp 1,28 triliun. Ke depan, jika ada tambahan modal dari RI sebanyak Rp 4,8 triliun, maka ekuitas BBHI akan berubah menjadi Rp 6,08 triliun. Dengan begitu, Allo Bank dapat diklasifikasikan sebagai bank KBMI II (Bank dengan modal inti di atas Rp 6 triliun).
Dalam keterbukaan informasi di BEI, dikutip Senin (10/1), manajemen BBHI mengumumkan harga teoretis saham BBHI untuk pedoman tawar menawar dan penghitungan Indeks Harga Saham BEI di harga Rp 5.678 atau disesuaikan dengan fraksi harga menjadi Rp 5.675/saham.
[Gambas:Video CNBC]
