Ngeri! Inflasi di Amerika Diramal 7%, Apa Efeknya ke Tembaga?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga bergerak datar pagi hari ini karena persediaan logam yang rendah mengimbangi tekanan dolar yang lebih kuat.
Pada Senin (10/1/2021) pukul 11.00 WIB harga tembaga tercatat US$ 9.649,5/ton, menguat tipis 0,03% dibandingkan harga penutupan pekan lalu.
Persediaan tembaga di gudang Shanghai (ShFE) turun 23,6% point-to-point (ptp) menjadi 29.182 ton dari minggu sebelumnya.
Persediaan tembaga di gudang bursa logam London (LME) pada 7 Januari 2021 tercatat 84.775 ton. Jumlah ini turun 4,69% ptp dari minggu sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, persediaan tembaga turun 18,73% ptp.
Indeks dolar AS naik 0,19% menjadi US$ 95,9 pagi ini menjadi beban bagi laju tembaga. Ini membuat tembaga yang diperdagangkan dengan greenback jadi lebih mahal ketimbang mata uang lainnya.
Penguatan dolar pagi ini adalah antisipasi dari data inflasi AS yang akan dirilis minggu ini. Berdasarkan polling yang dihimpun Reuters, inflasi AS diramal akan mencapai 7% year-on-year pada bulan Desember.
Tingkat inflasi yang sangat tinggi akan jadi pemantik kenaikan suku bunga yang lebih cepat dan jadi sentimen negatif bagi tembaga.
"Jika bank sentral mengetatkan itu bukan pertanda baik untuk komoditas, karena likuiditas adalah sumber kehidupan aset berisiko," kata analis independen Robin Bhar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)