Setelah Dihajar The Fed, Harga Tembaga Pulih

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
07 January 2022 11:10
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga bangkit pagi ini setelah kemarin jatuh karena ekspektasi kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS) pada kuartal-I 2022.

Pada Jumat (7/1/2021) pukul 09:06 WIB harga tembaga tercatat US$ 9566,5/ton, naik 0,37% dibandingkan harga penutupan kemarin.

TemabagaSumber: Investing

Pelaku pasar memanfaatkan harga murah tembaga setelah turun 1,7% kemarin. Harga tembaga yang longsor karena ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Dalam pertemuan bulan lalu, para pejabat The Fed mengatakan pasar tenaga kerja sudah sangat ketat dan inflasi terus meninggi. Ini sepertinya mengharuskan The Fed menaikkan suku bunga acuan lebih cepat.

Pasar pun langsung bereaksi. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan dalam rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) edisi Maret 2022 melonjak menjadi lebih dari 70%.

"Jika bank sentral mengetatkan itu bukan pertanda baik untuk komoditas, karena likuiditas adalah sumber kehidupan aset berisiko," kata analis independen Robin Bhar.

Meskipun tertekan oleh pengaruh kebijakan moneter The Fed, logam seperti tembaga didukung oleh persediaan yang rendah dan prospek permintaan yang lebih tinggi dari dekarbonisasi, tambahnya.

Persediaan tembaga di gudang bursa logam London (LME) pada 6 Januari 2021 tercatat 85.950 ton. Jumlah ini turun 18,47% point-to-point dari tahun 2021 sebesar 105.435 ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor dari Chile Terbang, Harga Tembaga Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular