'Gembok' Dibuka Setelah 2 Tahun, Saham AirAsia Ambles 2 Hari
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten maskapai penerbangan PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (4/1/2022). Dengan ini, saham CMPP sudah dua kali ambles sejak pihak bursa kembali membuka suspensi (penghentian sementara) perdagangan saham tersebut pada Senin kemarin (3/1).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham CMPP turun 4,65% ke posisi Rp 164/saham hari ini. Nilai transaksi saham CMPP tergolong minim, yakni mencapai Rp 209,92 juta, dengan volume perdagangan 1,30 juta saham.
Kemarin, saham CMPP ditutup ambles hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 6,52% usai BEI membuka kembali suspensi saham tersebut.
Sebelumnya, saham CMPP 'digembok' bursa sejak 5 Agustus 2019 lantaran AirAsia belum memenuhi ketentuan jumlah saham beredar di publik (free float) sebesar 7,5%, sesuai dengan aturan bursa.
Menurut data teranyar BEI per 31 Desember 2021, kepemilikan masyarakat (di bawah 5%) di saham CMPP hanya sebesar 1,59%. Sementara, AirAsia Investment Ltd menggenggam 49,25% dan PT Fersindo Nusaperkasa menguasai 49,16%.
Dalam keterbukaan informasi, Senin (3/1), pihak bursa menjelaskan alasan kembali dibukanya suspensi saham CMPP adalah untuk memberikan kesempatan bagi CMPP untuk memenuhi ketentuan dimaksud selama waktu 2 tahun sejak diberlakukannya Surat Keputusan No. Kep-00101/BEI/12-2021.
Kemudian, dalam tanggapannya kepada BEI soal perkembangan rencana perbaikan kondisi perusahaan, Senin (3/1), manajemen AirAsia Indonesia menjelaskan, selama kuartal I 2022, perseroan masih akan memaksimalkan upaya pemulihan kinerja keuangan perseroan pasca Pandemi Covid-19.
Selain itu, pada empat bulan pertama 2022, AirAsia Indonesia menjelaskan, rencana aksi korporasi dalam rangka memenuhi ketentuan V.1 Peraturan Bursa Nomor I-A mengenai free float telah mendapatkan persetujuan dari Pemegang Saham Utama dan sedang dalam proses finalisasi.
Mengenai kondisi bisnis perusahaan saat ini, AirAsia mengatakan, sudah mulai mengoperasikan penerbangan komersialnya sejak September 2021 dan secara berkala berencana untuk membuka semua rute yang sebelumnya dioperasikan oleh Indonesia AirAsia.
Adapun kebijakan pembatasan perjalanan akibat pagebluk Covid-19 masih menjadi masalah utama perseroan saat ini.
"Pemberlakukan pembatasan perjalanan internasional melalui penerapan berbagai persyaratan dan ketentuan masuk oleh negara asal maupun tujuan masih menjadi kendala utama Perseroan. Hal ini telah terjadi sejak awal pandemi dan sangat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan kasus dunia dan kekhawatiran penyebaran virus Covid-19 varian baru," kata manajemen CMPP, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (4/1).
AirAsia Indonesia saat ini fokus pada keberlangsungan dan pemulihan kinerja perseroan dengan memaksimalkan berbagai peluang bisnis yang ada seperti kargo dan charter, meluncurkan sejumlah aktivitas promosi, serta menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak guna meningkatkan permintaan perjalanan.
AirAsia juga masih terus menerapkan kebijakan cost containment di beberapa lini dan melakukan negosiasi ulang biaya dengan para supplier dan stakeholder yang berhubungan dengan operasional Perseroan untuk memaksimalkan pengelolaan biaya.
Mengenai kinerja keuangan, per 30 September 2021, AirAsia masih membukukan rugi bersih Rp 1,65 triliun. Angka tersebut sedikit menyusut dari rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,72 triliun.
Adapun pendapatan usaha perseroan hingga kuartal III 2021 tercatat sebesar Rp 487,43 miliar, turun drastis hingga 65,09% dibandingkan dengan pendapatan triwulan ketiga 2020 sebesar Rp 1,39 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/vap)