Wow! Saham-saham Syariah Mulai jadi Incaran Investor

, CNBC Indonesia
Selasa, 04/01/2022 08:43 WIB
Foto: Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso Saat Peresmian Pembukaan Perdagangan BEI Tahun 2022. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia -  Bursa domestik tahun ini berhasil membukukan kinerja positif dengan penguatan lebih dari 10% dan turut mengerek kinerja saham berbasis syariah. Hal ini tercermin dari Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang pertumbuhannya terus mengekor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Kapitalisasi pasar atau market cap ISSI mencapai Rp 3.983,65 triliun per 30 Desember 2021. Nilai ini lompat 19,36% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 3.344,93 triliun.

Sejalan dengan kenaikan itu, saham syariah yang masuk anggota Datar Efek Syariah juga terus bertambah. Per 30 Desember 2021, ada 494 saham syariah yang menjejali daftar tersebut. Jumlah ini lebih tinggi dibanding 30 Desember 2020, sebanyak 441 efek syariah.


Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menilai, kembali menggeliatnya perekonomian menjadi salah satu pendorong pertumbuhan sektor jasa keuangan. Bahkan, menurut Wimboh, pertumbuhan di sektor pasar modal melampaui perkiraan.

"IHSG tumbuh 10,08%. Jumlah investor melesat, serta penghimpunan dana yang mencapai rekor tertinggi selama ini," terang Wimboh dalam sambutan Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (3/1/2022).

Seperti diketahui, IHSG berada di level 6.581,48 per akhir 2021, lompat 10,08% sejak awal tahun. Kenaikan kembali berlanjut pada perdagangan pertama 2022, ditutup menguat 1,27% ke level 6.665,31.

Aktivitas perdagangan sepanjang tahun lalu juga mencatatkan rekor baru, diantaranya frekuensi transaksi harian tertinggi yang terjadi pada 9 Agustus 2021, mencapai 2,14 juta kali transaksi. Volume transaksi harian juga sempat mencapai rekor tertinggi 50,98 miliar saham di 9 November 2021. Indeks juga sempat mencatat kapitalisasi pasar tertinggi, Rp 8.354 triliun, di 13 Desember 2021.

Dari sisi suplai, OJK telah menerbitkan 53 surat efektif bagi perusahaan yang akan melakukan initial public offering (IPO) sepanjang tahun lalu. Nilai penggalangan dananya mencapai Rp 61,66 triliun.

Jumlah IPO dipastikan masih bakal bertambah lantaran masih ada 43 pipeline IPO per 31 Desember 2021. Dari sisi permintaan, terjadi peningkatan jumlah investor menjadi 7,49 juta per akhir tahun lalu. Jumlah ini melesat 92,99% dibanding akhir 2020, sebanyak 3,88 juta investor. 

BTPS Jadi Sorotan

Salah satu yang menjadi sorotan juga adalah saham emiten bank syariah, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS).

BTPS dinilai berpotensi melanjutkan tren kenaikan setelah perseroan mencatatkan kinerja keuangan solid 2021.

Beberapa perusahaan sekuritas pun masih melirik BTPS di mana berpotensi menguat dengan target pembelian (target price) di rentang Rp 4.000 sampai dengan Rp 4.800 per saham.

RHB Sekuritas misalnya, merekomendasikan pembelian saham BTPS di harga Rp 4.100 per saham. PT Danareksa Sekuritas di level Rp 4.200 per saham. PT Mandiri Sekuritas di level Rp 4.500 per saham. Sementara itu, Credit Suisse merekomendasikan pembelian BTPS di level Rp 4.850 per saham.

BTPS saat ini melayani 6 juta nasabah dengan sebanyak 4 juta nasabah yang aktif. Angka ini mencakup 236.000 komunitas. Hal ini menjadikan BTPS sebagai salah satu bank dengan basis nasabah mikro terbesar di Indonesia.

BTPS sampai akhir kuartal III-2021 mencatat laba bersih yang melonjak 116% yoy menjadi Rp 1,1 triliun.



(dhf/hps)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor