RI Tutup 'Keran' Ekspor Batu Bara, Siap-siap Harga Naik!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 January 2022 08:19
Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara naik tajam sepanjang 2021. Apakah keperkasaan itu bisa berlanjut pada 2022?

Akhir pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 151,75/troy ons. Turun 0,15% dibandingkan sehari sebelumnya.

Dengan demikian, harga batu bara membukukan kenaikan 85,63% sepanjang 2021. Ini menjadi kenaikan harga tahunan tertinggi sejak 2016.

Tingginya permintaan energi dunia karena pemulihan ekonomi selepas hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) menjadi penyebab utama pendongrak harga batu bara. Ditambah lagi pasokan masih terkendala karena pembatasan sosial (social distancing) masih berlaku.

"Karakteristik 2021 adalah reli di hampir semua harga komoditas. Meski saya yakin harga masih tetap tinggi, tetapi 2021 tetap istimewa. Saya tidak yakin kenaikannya akan sama pada tahun-tahun berikutnya," Kata Jeffrey Halley, Analis Senior OANDA, seperti dikutip dari Reuters.

Langkah pemerintah Indonesia menutup keran ekspor sepertinya bakal mendongkrak harga batu bara. Maklum, Indonesia adalah eksportir batu bara terbesar dunia.

Tanpa pasokan dari Indonesia, pasar batu bara dunia akan sanat kehilangan. Keterbatasan pasokan ini berpotensi mengerek harga ke atas.

Semenara setimen negatif yang akan membayangi batu bara adalahkesadaran dunia yang semakin tinggi akan ancaman krisis iklim. Ini membuat sumber energi fosil yang kotor seperti batu bara sulit mendapat tempat.

Bahkan negara produsen, konsumen, dan eksportir batu bara besar seperti Australia bakal meninggalkan sumber energi tersebut. Australian Energy Market Operator (AEMO) akan menyusun rencana untuk mencapai netral karbon pada 2050.

Dalam rencana tersebut, Australia diperkirakan bakal meninggalkan sepenuhnya pembangkit listrik bertenaga batu bara pada 2043. "Tidak ada lagi pembangkitan listrik dengan batu bara pada 2043," tegas Daniel Westerman, CEO AEMO, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Batu bara, lanjut Westerman, akan digantikan oleh sumber energi lain seperti matahari, hidro, gas, dan sebagainya. Dibutuhkan investasi sekitar AU$ 12 miliar untuk membangun berbagai infrastruktur tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular