
Pemerintah Larang Ekspor Batu Bara, IHSG Jeblok di Awal 2022?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kinerja cukup bagus di 2021 dengan menguat sebesar 10,08% ke 6.581,48. Ini merupakan capian terbaik sejak 2017, dan menjadi terbaik kelima di Asia, dan runner up di Asia Tenggara, hanya kalah dari SETI Thailand yang naik 14,37%.
Di awal tahun ini, pemerintah yang melarang ekspor baru bara selama satu bulan bisa memberikan tekanan ke IHSG, khususnya emiten pertambangan.
Beberapa emiten yang berpotensi terkena dampak negatif yaitu HRUM, ITMG, ADRO, dan INDY. Kontribusi penjualan ekspor batu-bara dari keempatnya, rata-rata mencapai sepertiga dari total pendapatan.
Selain itu, data aktivitas manufaktur Indonesia yang akan dirilis pagi ini, dan menggambarkan aktivitas perekonomian juga akan memberikan pengaruh ke IHSG. Begitu juga dengan data inflasi siang nanti, yang memberikan gambaran daya beli masyarakat.
Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi pergerakan IHSG pada perdagangan pertama 2022, Senin (3/1).
Secara teknikal, rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), di kisaran 6.600 hingga 6.615 yang merupakan resisten kuat masih menahan kenaikan IHSG di pekan terakhir 2021. Dalam 3 hari perdagangan terakhir pekan lalu, IHSG selalu gagal mengakhiri perdagangan di atasnya.
Selama tertahan di bawah MA 50, tekanan IHSG menjadi cukup besar. IHSG kini sudah 10 hari di bawah MA 50. Di sisi lain, IHSG juga belum lepas dari tekanan pola Shooting Star pada Senin (13/12), yang membuat bursa kebanggaan Tanah Air jeblok sehari setelahnya.
![]() Foto: Refinitiv |
Pola tersebut sebelumnya muncul pada Kamis (25/11), setelahnya IHSG merosot selama beberapa hari.
Pola Shooting Star merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.
Support terdekat berada kisaran 6.570 yang juga menjadi support terdekat. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuat IHSG merosot ke 6.525 hingga 6.500.
Meski demikian, melihat indikator Stochastic sudah mencapai wilayah jenuh jual (oversold) pada grafik 1 jam, IHSG juga memiliki peluang menguat.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Penembusan konsisten di atas MA 50 akan membuka peluang penguatan ke 6.650.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000