
2021 Harga Nikel Naik 22%, 2022 Kayaknya Nggak Lanjut...

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun depan harga nikel dunia diperkirakan melemah seiring dengan pemulihan produksi. Harga nikel mengalami konsolidasi setelah mencapai rekor harga tertinggi pada Oktober. Konsolidasi diperkirakan akan bertahan hingga tahun depan.
Dari sisi konsumsi, permintaan dari China untuk pabrik baja anti karat (stainless steel) akan mulai melemah. Sebelumnya permintaan dari sektor ini melesat pada tahun 2021 dan turut menopang kenaikan harga nikel global.
Namun, sinyal perlambatan mulai muncul dari PMI manufaktur, produksi industri, dan aktivitas konstruksi perumahan yang lesu.
Sektor energi hijau pun masih belum bisa berkontribusi besar terhadap konsumsi nikel dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan permintaan nikel untuk pembuatan batera kendaraan listrik hanya 5% dari keseluruhan konsumsi nikel dunia.
Di sisi penawaran, produksi nikel rafinasi akan meningkat selama paruh pertama tahun 2022 di ekspor nikel utama termasuk Indonesia dan Filipina seiring dengan pelonggaran pembatasan aktivitas yang ketat dalam upaya memerangi penyebaran COVID-19.
Chen Ruirui, analis Antaike, memperkirakan neraca pasokan nikel akan surplus 45.000 ton tahun 2022. Surplus pasokan didorong oleh nikel berkalori rendah Nickel Pig Iron (NPI) yang diproduksi oleh Indonesia, produsen nikel terbesar dunia. Global Palladium Fund memperkirakan surplus nikel global sebesar 59.000 ton pada tahun 2022.
Fitch Solution Country Risk & Industry Research memproyeksi harga nikel dunia tahun depan akan berada di kisaran US$ 17.000/ton. Sedangkan konsensus yang dihimpun Bloomberg memprediksi harga nikel akan berada di level US$ 19.000/ton. Saat ini (24/12/2021) harga nikel di bursa logam London (LME) berada di level di US$ 20.045/ton.
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joss! Nikel di Pasar London dan China Kompak Melesat