
"Jampi-Jampi" Erdogan Luntur, Lira Bak Roller Coaster Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju kencang lira Turki melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu berakhir di pekan ini. Dalam dua hari terakhir, lira jeblok nyaris 10%. "Jampi-jampi" yang dikeluarkan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada Senin (20/12) pekan lalu mulai luntur, membuat lira kembali terpuruk.
Melansir data dari Refintiv, lira pada perdagangan Selasa kemarin melemah 1,05% ke TRY 11,79/US$, setelah jeblok 8,8% sehari sebelumnya.
![]() |
Pergerakan lira beberapa bulan terakhir bak roller coaster. Sepanjang tahun ini hingga Senin pekan lalu kurs lira ambrol lebih dari 55%. Penyebabnya, bank sentral Turki (TCMB) yang memangkas suku bunga 4 bulan beruntun dengan total 500 basis poin menjadi 14%. Padahal inflasi sedang tinggi-tingginya, saat ini lebih dari 21%.
Alhasil, suku bunga lebih rendah dari inflasi, lira Turki mengalami aksi jual masif.
Bukan tanpa alasan TCMB agresif memangkas suku bunga. Kebijakan tersebut bermula dari pandangan Presiden Recep Tayyip Erdogan jika suku bunga tinggi merupakan "biangnya setan". Erdogan mempercayai suku bunga tinggi malah akan memperburuk inflasi.
TCMB pun "asal bapak senang" dan memangkas suku bunga secara agresif. Sebab, jika kebijakan TCMB berbeda dengan pandangan Erdogan, maka gubernurnya akan dipecat.
Dengan kata lain, Erdogan menjadi penyebab jebloknya lira. Tetapi Erdogan juga yang membuat lira melesat hingga 54% sepanjang pekan lalu.
![]() try |
Erdogan mengeluarkan kebijakan Pemerintah Turki akan memberikan insentif bagi warganya untuk mengkonversi tabungan dalam bentuk valuta asing mereka menjadi deposito dalam bentuk lira.
"Jika warga Turki memiliki simpanan atau deposito dalam bentuk valuta asing seperti dolar AS, euro, atau poundsterling hingga 20 Desember, dan mengkonversinya menjadi dalam bentuk deposito lira/dana partisipasi, maka akan memenuhi syarat untuk mendapat insentif," kata bank sentral Turki (TCMB).
"Deposito yang dimaksud memiliki waktu jatuh tempo dalam tiga, enam, dan dua belas bulan" tambah TCMB.
Insentif yang diberikan yakni TCMB akan menutupi jika ada selisih kurs saat pembukaan deposito hingga jatuh tempo. Dengan kata lain, warga Turki tidak akan mengalami kerugian kurs jika lira kembali terpuruk.
Selain itu, deposito itu juga tidak dikenakan pajak.
Erdogan mengklaim pasca pengumuman yang disebut anti-dolarisasi tersebut, tingkat kepercayaan warga Turki terhadap lira meningkat, dan deposito dalam bentuk mata uang lokal tersebut naik sebesar 23,8 miliar lira.
Namun nyatanya, data dari lembaga pengawas perbankan BDDK menunjukkan tidak ada perubahan nilai deposito mata uang asing di Turki. Pekan sebelum pengumuman kebijakan terbaru Erdogan, nilai deposito dalam bentuk mata uang asing sebesar US$ 163,7 miliar, sementara pada Jumat pekan lalu sebesar US$ 163,8 miliar, malah terjadi kenaikan tipis.
Memang kebijakan terbaru Erdogan menjadi salah satu pemicu penguatan lira. Persis saat Erdogan mengumumkan kebijakan tersebut pada Snein (20/12) para bankir kepada Reuters mengatakan mereka mengkonversi valuta asing senilai US$ 1,5 miliar.
Namun data dari BDDK yang menunjukkan tidak ada perubahan nilai deposito dalam bentuk mata uang asing menjadi indikasi warga Turki memanfaatkan penguatan lira yang hingga 50% lebih untuk kembali mengkoleksi mata uang asing.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sakti Mandraguna! "Sabda" Erdogan Bikin Kurs Lira Meroket 20%